Puisi-Puisi Yusrizal Firzal
YUSRIZAL FIRZAL, lahir di Padang, 18 Maret 1980. Putra kedua dari Ayah Basirun Rajo Intan dan Ibu Yusna Wilis. Semenjak 1999 bertugas sebagai staf administrasi di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Berawal dari hobinya membaca dan mengoleksi buku-buku motivasi, novel, dan cerpen, di akhir tahun 2009 mulai mengasah diri untuk menulis Adalah blog dan jejaring sosial facebook dijadikan sebagai wahana untuk menampilkan tulisan-tulisannya, yang kemudian memberanikan diri untuk mengirimkan tulisan-tulisannya berupa artikel, opini, cerpen ke berbagai media cetak. Beberapa cerpennya pernah dimuat di Republika, Haluan, dan Padang Ekspres. Saat ini tinggal di Komplek Melati I Blok B.1 B, Kuranji Padang, bersama Firdawati (istri) dan Habiburrahman Fahri Al Firzal (anak). Ia bisa dihubungi lewat email: yusrizalfirzal@yahoo.com dan blog. http://yusrizalfirzal.wordpress.com.
BUNGA DI RUANG SIDANG
di dalam bundaran
di tengah meja-meja panjang beralas kaca
angkuh mengungkungmu di sekeliling
di sana kau duduk berjajar
menyegarkan isi ruangan
menyejukkan pandangan yang jatuh ke sosok mungilmu
menyeruakkan harum semerbak bau khas tubuhmu
karena itu kau diadakan
tubuh-tubuh mungil bersepatu keramik
lidahmu menjulur ingin meraih jendela
tuk mencecap segarnya jilatan matahari pagi
kau begitu rindu desauan angin
yang biasa menemani keseharianmu dulu
ketika meregangkan persendian yang penat dan kaku
kau juga merindukan hujan
bermain riang di bawah pelukannya
merasakan tangan lembutnya membasuh pori-pori tubuh mungilmu
agar hilang bercak-bercak liur yang melekat
yang muncrat dari mulut-mulut yang berbicara kotor dalam rapat
jendela itu terlalu jauh untukmu
tak mungkin pula baginya mendatangimu
kau hanya bisa berharap
berharap pada tangan-tangan penuh kasih
yang sudi membawamu ke jendela itu
sekedar menikmati jilatan matahari pagi
atau bermain riang di pelukan hujan
FBS, 08 Juni 2011
KAMI LEPAS SUKMAMU PADA MALAM DI LEBARAN KEDUA
: mengenang ayah kami tercinta
malam itu…
luka menganga
perih, pedih, menyakitkan
malam itu Syawal masih balita
rembulan masih malu-malu menampakkan diri
dicilukbai bintang-bintang
malam itu magrib telah tunai
tak lagi diiringi takbir tahmid dan tahlil
timbang terima nyamuk dan lalat pun telah usai
di ruangan itu…
luka menganga
perih, pedih, menyakitkan
di ruangan itu, aroma Izrail menyeruak
mengisi pori-pori udara
kepergianmu menggoreskan luka menganga
perih, pedih, menyakitkan
di hati kami, istrimu, anak-anakmu, menantu-menantumu, cucu-cucumu,
kemenakan-kemenakanmu, adik-kakakmu, semendamu,
ipar besanmu, dan sahabat-sahabatmu.
tak sepasang matapun luput dari buliran bening
basah, sembab, menggumpal, jatuh di pipi.
puluhan isak membahana, mengiringi pasrahmu dijemput Izrail
kami lepas sukmamu pada malam di lebaran kedua
tawa menyambut kemenangan di hari yang fitri
berganti duka penuh deraian air mata
bayangan tentang dirimu melintas begitu saja
di setiap sudut kenangan kami
uda, ayah, kakek, adik, kakak, mak etek, dadang
tak ada lagi panggilan itu tersemat ke ragamu
biarlah panggilan itu tetap hidup dalam setiap kenangan kami
pengisi cerita tatkala kami terkenang akan dirimu, kebaikanmu.
kami lepas sukmamu pada malam di lebaran kedua.
Padang, 13 Mei 2011
SAYAP PATAH
Sayapku patah, begitu aku mulai terbang melayang
Menggapai asa menembus awan yang digerayangi surya.
Sayapku patah, sesaat aku lepas landas
Menggapai mimpi nan indah, melesap dalam pori-pori udara yang mengambang bebas.
Sayapku patah, beberapa jenak setelah tegakku tuk melayang. Melanglang buana ke seantero raya. Jatuh, menggelepar di rerumputan.
Sayapku patah, ketika seorang tua melihatku. Terseok-seok di bawah dahan kayu rindang yang menyejukkan. Tersenyum getir, miris, dengan pandangan penuh iba kepadaku.
Sayapku patah, perih menyakitkan. Menerbitkan lolongan ngilu yang memukul-mukul relung hatiku.
Sayapku masih saja patah, begitu malam sempurna menyapa. Sesaat setelah lembayung senja menyeruak di timur cakrawala. Menggigilkan tulang mungilku
Oh, sayapku sayang.
Padang, 11 Mei 2011