Berita 

Membaca Madura, Membaca Nusantara

Litera – Temu Silaturahim Budayawan Madura yang digelar di pondok pesantren Tarbiyatul Banat Moncek Tengah, Lenteng, kabupaten Sumenep berjalan sangat meriah. Silaturahim yang dihelat tiga komunitas yang sangat aktif dalam mengembangkan sastra dan budaya di nusantara ini berlangsung pada Jumat malam (12/8). Tiga komunitas tersebut adalah Pondok Pesantren Tarbiyatul Banat Moncek Tengah yang bertindak sebagai tuan rumah, Komunitas Kampoeng Jerami (KKJ) dan Masyarakat Santri Pesisiran (MSP).

Sekitar 300 orang hadir di acara yang mengambil tema “Madura Membaca Nusantara.” Madura memang cukup terkenal dengan melahirkan banyak sastrawan ternama di nusantara ini seperti Abdul Hadi WM, D. Zawawi Imron, Hidayat Raharja, Syaf Anton dan masih banyak lagi. Lokasi acara yang terbilang sulit dijangkau karena terletak di kaki gunung bukanlah suatu halangan untuk hadir dan memeriahkan temu silaturahim ini. Mereka yang datang pun bukan hanya berasal dari kalangan seniman dan budayawan tetapi juga berasal dari kalangan santri dan masyarakat dengan beragam profesi.

Fendi Kachonk, salah seorang penggagas acara ini yang juga pendiri Komunitas Kampoeng Jerami (KKJ) menuturkan pada Litera. Acara dibuka pkl 20.00 dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang diiringi dengan pengibaran bendera Merah Putih, dilanjutkan dengan Mars Tarbiyatul Banat yang dipandu oleh para santri.

Dalam sambutan, K Ali Faruk ketua yayasan mengucapkan rasa terimakasihnya kepada komunitas dan semua yang terlibat dalam suksesnya acara tersebut, sang kyai juga membacakan sebuah puisi yang menambah semangat para hadirin mengikuti acara.

Pidato kebudayaan disampaikan oleh K. Turmedzi Djaka, seorang budayawan muda dan pengasuh Adzikir Prenduan dan juga pendiri Masyarakat Santi Pesisiran (MSP). K. Turmedzi menegaskan bahwa untuk membangun kesadaran mesti lebih dulu mengenali sejarah nenek moyang, sejarah Madura, dan segala sesuatu yang terkait dengan sejarah suatu masyarakat.

Acara potong tumpeng beserta tahlil dan doa bersama menyertai acara ini. Potong tumpeng dilakukan oleh Chomaidi CH didampingi oleh Mahendra Cipta dan Amin Bashiri. Tahlil dan doa bersama dipimpin oleh penyair dan pengasuh pesantren Sawajarin, Guluk-guluk K.M. Faizi.

Selanjutnya K.M. Faizi dan K. Muhammad Shalahudin atau biasa disapa K. Mamak tampil menjadi pemateri dalam diskusi Tematik yang interaktif “Madura Membaca Nusantara.” Diskusi yang melibatkan peserta untuk aktif ini dipandu oleh Fendi Kachonk, penyair muda yang mulai dikenal di dunia sastra tanah air. Grup KKJ Fendi Kachonk di media sosial pun telah menjadi ajang kreatifitas bagi banyak penyair muda tanah air.

“Tentu belum tuntas membaca Madura dan nusantara hanya beberapa jam. Tapi setidaknya pertemuan ini bisa menjadi pintu masuk untuk membangun spirit juga pengambilan sikap bagi generasi sekarang,” tegas K.M Faizi yang diamini oleh Mahendra Cipta lalu disambut oleh Eenk.

“Ini menjadi PR bersama bagi semua yang hadir malam ini untuk melakukan evaluasi kebudayaan dan masyarakat Madura dengan mengacu pada peran dan kiprah selama kurang lebih satu abad para pendahulu kita,” ujar K. Muhammad shalahudi dalam statemen akhirnya. K. Mamak juga mengharapkan jika kegiatan semacam temu silaturahim itu bisa terus dikembangkan di komunitas-komunitas, pesantren dan lembaga pendidikan. Diskusi yang sangat hangat dan ditemani makanan tradisional seperti ubi dan sawo itu berjalan hingga dini hari. Acara silaturahmi pun dimeriahkan dengan pembacaan puisi dan pementasan oleh para pegiat sastra yang hadir. Hanya menurut Fendi Kachonk, tak terlihat pegiat sastra atau budayawan dari Bangkalan dan Sampang di acara itu. Fendi berharap acara yang akan datang akan bisa diwakili oleh semua masyarakat Madura. Cuaca sangat mendukung malam itu, hujan turun saat acara telah usai.

 

Mahrus Prihany

Related posts

Leave a Comment

twelve − 1 =