puisi 

Puisi-Puisi Yuditeha

Yuditeha, Penulis yang hobi melukis wajah-wajah dan bernyanyi puisi juga menulis segala terlebih sastra dengan genre puisi dan cerpen yang telah tersiar di beberapa media. Buku puisinya : Hujan Menembus Kaca (2011). Aktif di Komunitas Sastra Alit Surakarta, Jawa Tengah.

 

Sesudah Pergi

 

Aku ingat ingkar yang dulu kamu lakukan.

Pagi telah menjadi bukti, karena tetesan darah itu masih merah.

Aku menjemput pagi.

Kau masih saja mati.

Menitipkan jiwa pada malam

melayang seperti kunang-kunang dengan lampunya.

Dan mati lagi menjelang pagi.

Kita berdekapan sebagai hitam dan malam lalu menjadi serupa

hingga pagi yang baru akan menghapusnya.

Kenapa gundah?

Aku akan membayar tubuhmu pada malam

kerena aku selalu rindu pada kematian itu.

 

 

Wajah

 

Kau begitu kukuh pada batas.

Siluetmu saja tidak berubah.

Lekuk tubuhmu jelas berwatak

lama dan dominan.

Mempengaruhi cahaya sukma.

Syukurlah.

Andai kau milikku

mungkin saja tidak terawat

dan lehermu tidak akan pernah bisa tegak.

 

 

Menyusun Sejarah

 

Udara datang dan pergi tanpa telinga dan mata

untuk meyakini keputusan keadaan.

Waktu dewasa nanti semua orang akan merantau

bukan hanya untuk meloloskan diri dari wajah-wajah masa lampau

tapi juga untuk menjadi tonggak peringatan karena memenangi.

 

Pergi dengan telinga dan mata.

Semua orang yang hadir tanpa harta karun

terapung pada muara yang jernih.

Semua orang akan pergi hingga nampak seperti gula-gula

atau seperti burung rajawali yang mengembangkan sayap.

 

Semua orang akan tertawa karena desa – kota beranjak dewasa.

Tubuh-tubuh bergerak dan bunga berbunga

setia menunggu waktu agar tak lepas dari garis merah

hingga semua orang berbondong-bondong membina keluarga.

Merangkai peristiwa, menyusun sejarah dan menganalisa sikap-sikap.

 

 

 

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

18 − sixteen =