Agenda 

Perempuan Puisi di Kedai Rindu

Litera- Puisi adalah milik bersama tanpa memandang usia, angka dan juga jenis kelamin. Hanya terkadang sebagian kita menggunakannya hanya untuk tebar pesona atau bahkan senjata pemikat yang penuh dusta. Semua bisa saja, tapi yang jelas puisi tetaplah memiliki sejuta makna.

Sekelompok pegiat sastra yang menamakan “Perempuan Puisi” tentu saja memiliki agenda saat mereka berkumpul, berbagi dan saling bercerita. Mereka dengan lantang berteriak bahwa “suara perempuan, suara publik; kian menukik.

Lalu jadilah kita saksi mata saat hujan kata dan rasa tumpah pada suatu senja dan petang di hari Rabu, menatap “Perempuan Puisi di Kedai Rindu”. Suara mereka juga adalah suara kita yang sering terlupa, bahkan kita sering menganggap suara mereka tanpa makna.

.” ‘Perempuan Puisi’ akan digelar setiap bulan dengan tema berbeda. Para penampil ialah mereka yang secara purposif diundang dan ada juga yang mengajukan diri. Tentunya, gelaran ini milik semua perempuan yang tak gentar bergerak, pun para laki-laki yang berada di samping perempuan saat meneriakkan kepedulian pada kebenaran. Semoga gerakan kecil ini membawa dampak untuk melerai masalah yang besar,” tulis Betta mengajak kita. Betta Anugrah Setiani adalah pegiat sastra dan seorang pengajar sastra di Bogor.

Jika kita ingin mendengar suara mereka lebih tajam, maka datanglah ke kedai rindu, di sana kita akan berjumpa Laila Nuriyahu Guntari, Estria S. Utami, Yunia Husain, Aidika Restu Pramuli, Utami Utar, Gina Purwanti, Dyah Arumsari dan mungkin masih banyak lagi. Kedai itu teletak di Warung-Hitz, Jl. Padjadjaran no 80, Bogor Utara, dekat RS Azra. Para “Perempuan Puisi” itu menunggu sejak pkl 18.30- 21.00, hari Rabu, 28 September.  (Mahrus Prihany)

Related posts

Leave a Comment

nineteen − 9 =