Nurdin: Kebudayaan adalah Gugusan Gagasan
Tangsel (Litera.co.id)- Selain menghadirkan Uten Sutendi, workshop budaya yang digelar oleh Kantor Budaya dan Pariwisata dan Dewan Kesenian Tangerang Selatan di hotel Ibis pada hari Rabu-kamis 7-8 Desember, juga menghadirkan Nurdin, seorang peminat kajian agama dan kebudayaan yang aktif di ICMI Tangsel. Jika Uten Sutendy adalah praktisi, maka Nurdin adalah peminat kajian dan melihat budaya dalam perspektif ide, gagasan, dan teoretik.
Menurut Nurdin ketika Tangsel diproklamirkan sebagai kota tersendiri sesungguhnya merupakan bentuk pernyataan kebudayaan dan memiliki daulat budaya seperti halnya daulat ekonomi dan politik. Kebudayaan harus mendapat apresiasi serius seperti halnya yang lain. Menurut Nurdin itu adalah tugas bersama karena jika menyerahkan persoalan kepada pemerintah bukan merupakan suatu hal yang adil, ini dikarenakan pemerintah sesungguhnya adalah hasil dari suatu proses politik.
Identitas budaya sendiri harus berbicara pada hal yang khusus atau dirumuskan dengan suatu karakteristik yang tunggal dan berbeda dengan wilayah-wilayah lain. Hal ini memang cukup sulit karena persoalan budaya sesungguhnya memiliki karakter dinamis, kompleks, dan memiliki proses dialektis. Harus dibedakan pula anatara budaya dan produk budaya.
“Kebudayaan adalah gagasan gugusan yang memiliki banyak rumusan. Tapi pada praktiknya kebudayaan ternyata melahirkan apa yang disebut rezim komunitas,” papar Nurdin.
Untuk merumuskan identitas budaya kota Tangerang Selatan sesungguhnya berat tapi sangat baik dilakukan karena dengan usia yang masih muda akan sangat memungkinkan untuk menjadi mudah dalam merumuskannya. Menurut Nurdin juga sesungguhnya Betawi bukan merupakan unsur kuat di Tangerang selatan karena pada tahun 2007 pernah diadakan Kongres Kebudayaan Betawi yang diikuti kurang lebih 250 peserta yang terdiri dari unsur Bamus Betawi, Lembaga Kebudayaan Betawi, Ormas-ormas Betawi, Akademisi, LSM, dan pemerintah penyangga DKI yang menghasilkan suatu keputusan bahwa budaya Betawi berkembang dan berada di Jakarta.
Nurdin menutup sesungguhnya saat ini adalah momentum yang baik untuk merumuskan identitas bersama kota Tangerang Selatan, namun harus melibatkan para pemangku kepentingan.
(Mahrus Prihany)