puisi 

“Cimanuk Hingga Pelangi” Willy Ana

Willy Ana lahir di sebuah desa kecil di Bengkulu, 29 September 1981. Setelah menamatkan diploma bidang komputer di Bengkulu, ia hijrah ke Jakarta pada 2002. Ia bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan makanan dan selanjutnya di sebuah perusahaan kontruksi nasional. Buku kumpulan puisi tunggal pertamanya “Aku Berhak Bahagia” (2016) dan “Tabot: Aku Bengkulu” (November 2016). Puisinya juga tersebar di beberapa antologi puisi bersama. Beberapa puisinya dimuat di sejumlah media, termasuk di Indopos yang editor sastranya presiden penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri. Sehari-hari ia tinggal di Depok bersama suami dan seorang anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Willy Ana
KABUT CIMANUK

Senja berkabut
Matahari mulai kalut
Tertutup selimut

Bulan kusut
Tak ada tempat tuk berpaut
Tubuhku susut
Karena akar itu terlucut

Langit redup
Tubir sungai kuyup
Dicengkram jemari hujan
Semalam

Rambut kusut
Diserut merkuri
Yang tumpah
Di jembatan itu
Dari kelamin para lelaki

Mata itu buram
Tak bening lagi
Menatap air terjun
Yang tak henti menari

Pohon-pohon terbakar
Seperti cinta terlantar

Depok,16 September 2016

Willy Ana
LAGU BIRU

Nyanyian musim itu
Menyeruak tunas-tunas baru
Menari di beranda
Lagu-lagu tua

Seroja merebak di ujung senja
Mengeja setiap aksara
Mengukir rupa
Yang terkubur lumut usia

Pucuk-pucuk ilalang
Menutupi ruang-ruang
Akarnya meliliti kaki
Tersendat dan terhenti

Kita memandang senar-senar gitar
Berbunyi sendiri
Suara kacau dan parau
Tanpa not dan biduan

Dan di seberang lain
Seorang tua meniupkan sang kala
Seperti pesuling yang kesetan
Seperti pecinta yang kasmaran

Malam terus mendaki
Melompati laut dan Benua Hindi
Melukis mimpi-mimpi
Hingga Matahari

Depok,27 September 2016

Willy Ana
IQRA

Di sudut meja itu
Ia tertutup debu
Tak tersentuh kalbu
Lusuh membeku

Tenggelam dalam hiruk- pikuk jalanan
Bukan lagi tiang-tiang yang menopang jiwa
Bukan lagi hujan yang menyejukkan semesta
Kau melupakannya

O pohon-pohon Zaitun
Senandungkanlah ayat-ayat –Ku
Yang mengalirkan sejuta embun
Ke lorong-lorong hidupmu

Senandungkanlah Al-Fatihah-Ku
Mengisi bilik-bilik jiwamu
An-Nas menangkis semua belenggu
Yang menikam sukmamu

Bacalah
Bacalah
Bacalah
Bacalah

Depok,13 September 2016

Willy Ana
MALAM

Malam melepuh
Menghadirkan bayangan bulan
Yang terpenggal
Seperti yang terbang jauh

Entah kemana Matahari itu
Tarian angin digigil musim
Seperti lagu-lagu tua diujung senja
Kitapun mabuk!

Tapi kau kini suntuk
Datang dengan wajah berdarah
Membuat cuaca begitu buruk
Langit memerah

Aku seperti mengejar-ngejar angin
Bertiup dari ranting ke ranting
Dan jatuh diujung sepatu
Daun itu jadi debu

Depok,11 September 2016

Willy Ana
PELANGI

Pelangi itu merekah
Menghentak saraf-saraf Bumi
Seperti kuda lari kencang
Memacu denyut nadi

Dan pelangi itupun membuncah
Mengirim musim semi
Hingga mimpi-mimpi
Seperti kuncup-kuncup Seroja yang merona

Ia membangun halaman rumah
Dan taman bunga
Lengkap dengan para penari
Yang selalu menyiramnya

Depok,7 Oktober 2016

Related posts

Leave a Comment

17 − ten =