DAF: Perubahan Harus Dirumuskan oleh Barisan
Litera.co.id (Depok)- Diskusi kesenian se-Jawa Barat yang digagas oleh Dewan Kesenian Depok (DKD) yang digelar di Waroeng Betawi Ngoempoel di daerah Tanah Baru, Beji, Depok pada hari Rabu (24/5) menghadirkan seniman Bandung, Doddy Ahmad Fauzi (DAF). DAF adalah seniman yang aktif di Situs Seni. Penyair nyentrik tersebut tampil pada sesi kedua yang dimulai pkl 19.30. Ia didampingi dua pembicara lain, Mustafa Ismail dan Jeffrey Sumampouw. Diskusi yang dipandu Puguh Warudju itu berjalan sangat menarik dan meriah.
“Manusia Indonesia didesain menjadi bodoh, autis, dan asosial. Itu sudah digaungkan oleh Rendra atau Chairil sejak lama. Untuk itulah seniman, budayawan, dan sastrawan harus mengambil peran juga menjadi aktivis kemanusiaan,” lantang DAF menyuarakan tersebut dengan mencontohkan beberapa nama seniman yang telah berkontribusi besar bagi bangsa ini. DAF juga menyitir Rendra apalah arti seni jika jauh dari persoalan kemanusiaan.
“Perubahan tidak bisa dirumuskan oleh kerumunan tapi oleh barisan,” tekan DAF. Penyair yang juga menggagas sekolah “Kewajaran Bersikap” ini menegaskan hal tersebut dalam diskusi yang melibatkan perwakilan 8 kota dan kabupaten Jawa Barat. Diskusi ini dalam rangka merumuskan sikap seniman dan menyikapi RUU kesenian dan kebudayaan.
DAF juga mengingatkan agar seniman tetap menjaga semangat perjuangan dan bisa tetap menjaga jarak dan hubungan dengan kekuasaan. Ia menyebutkan bahwa di Bandung tidak ada lembaga bernama dewan kesenian karena menurutnya adalah hal yang cukup ironis jika dewan kesenian harus dipimpin pemerintahan yang belum beres dan kurang memperhatikan nasib rakyat tak terkecuali para seniman dan budayawan.
Diskusi yang berlangsung hingga pkl 22.00 tersebut menarik perhatian para pengunjung yang merespon pernyataan-pernyataan DAF. Diskusi ini sendiri telah dimulai sejak siang hari dengan pembicara yang berbeda. (Mahrus Prihany)