Puisi-puisi Surya Gemilang
Surya Gemilang, lahir di Denpasar, 21 Maret 1998. Antologi cerpen tunggal pertamanya berjudul Mengejar Bintang Jatuh (2015). Karya-karya tulisnya yang lain dapat dijumpai di lebih dari sepuluh antologi bersama dan sejumlah media massa, seperti: Kompas, Bali Post, Riau Pos, Rakyat Sumbar, Medan Bisnis, Basabasi.co, Litera, Tatkala.co, dan lain-lain. Kini tinggal dan bergiat di Denpasar, Bali.
Roman Hutan
gigi pun menguning
dan usia mengerak
di batang-batang pohon
lidah pun kerontang
dan perjalanan
cuma akar-akar mati
ludah pun surut
dan ombak di pangkal jantung
menjadi basah lumut
ciuman-ciuman kita yang rawan:
ketersesatan di tengah kemungkinan
terbesar
(Denpasar, 2016)
Menonton Film dari Langit
kita hujan kini di antara bulan dan bualan.
kita barisan awan lusa:
petani-petani yang menanam kemungkinan
di ladang yang tak ada mungkin.
kita tambatan bagi ajal yang terlambat
datang ke sekolah. kita hambatan
bagi bahasa yang tak tahu bagaimana
cara menjadi dahaga.
kita hujan kini di antara bulan dan bualan.
kita barisan awan lusa:
menyaksikan dua pasukan berkuda emas
saling membunuh untuk ketidakmungkinan.
(Denpasar, 2016)
Mobil Tua yang Resah
di samping mobil tua yang resah:
anjing berjongkok,
katak berjongkok,
lelaki berjongkok (dan membakar
rokok)
di dalam mobil tua yang resah:
sejarah dan ingatan
bertengkar hebat—membikin riuh
di antara gedung-gedung
yang sedang dibangun dan tak akan
jadi
di kediaman pemilik mobil tua yang resah:
“tidak. kita bukan rahasia
yang sia-sia. sebab,
tersisalah cuma musim yang
amnesia.”
(Denpasar, 2016)
Petualangan Diego di Akhir Puisi
selagi lukanya basah, diego mencari remah-remah
keyakinan yang rontok di sepanjang jalur
selagi dukanya basah, diego mencatat ulang
jasa-jasanya yang lupa dicatat zaman
(Denpasar, 2016)