Buku Puisi Indonesia – Malaysia akan Diluncurkan dalam IIBF 2017
JAKARTA (Litera.co.id) – Buku antologi puisi 17 penyair Indonesia-Malaysia bertajuk Ketika Hitam Dikatakan Putih dan Sajak Tetap Bersuara akan diluncurkan dalam pesta buku antarbangsa Indonesia International Book Fair (IIBF) di panggung lobi JCC Senayan Jakarta, Kamis, 7 September 2017, pukul 19.00 wib.
Menurut pemrakarsanya, Raja Ahmad Aminullah, buku tersebut diterbitkan bersama oleh Institut Buku dan Terjemah Malaysia (ITBM) dan Yayasan Obor Indonesia (YOI). “Berisi sajak-sajak terbaik karya penyair kontemporer Indonesia dan Malaysia,” katanya.
Penyair Indonesia yang karyanya masuk buku tersebut adalah D Zawawi Imron, Acep Zamzam Nor, D Kemalawati, Ahmadun Yosi Herfanda, Rukmi Wisnu Wardani, Soni Farid Maulana, Ratna Ayu Budiarti, dan Bode Riswandi.
Sedangkan penyair Malaysia yang karyanya masuk buku tersebut adalah Siti Zainon Ismail, A Rahim Abdullah, Zakaria Ali, Abdullah Jones, Raja Ahmad Aminullah, Benz Ali, Nissa’ Yusof, Mahaya Mohd Yassin, dan Sofyan Daud.
Selain upacara dan penjelasan penerbit, acara juga akan diisi baca puisi para penyair Indonesia dan Malaysia. “Penyair D Zawawi Imron sudah menyatakan kesediaannya untuk tampil membaca puisi. Begitu juga beberapa penyair lain,” kata Raja Ahmad.
Budayawan Malaysia ini berharap, buku itu dapat melengkapi gambaran perkembangan perpuisian Indonesia dan Malaysia terkini. “Selain beberapa penyair penting dari dua negara, saya sengaja memilih beberapa penyair di luar mainstream, agar gambaran itu jadi lebih lengkap,” katanya.
Untuk pemilihan penyair Indonesia, lanjutnya, dibantu oleh Ahmadun Yosi Herfanda dan Soni Farid Maulana. “Ahmadun mengajukan cukup banyak nama. Tapi karena kuotanya terbatas, hanya mereka itu yang disertakan,” ujarnya.
Menurut Ahmadun, sebenarnya ada satu penyair Indonesia lagi yang dipilih oleh Raja Ahmad, yakni Aan Mansyur. Tapi, karena sampai jauh melewati dead line belum mengirimkan karya, terpaksa ditinggalkan.
Tim penyusun buku ini, tambah Ahmadun, memang tidak berambisi untuk menyajikan seluruh perkembangan perpuisian Indonesia dan Malaysia. “Justru karena itu masih terbuka luas peluang bagi siapapun dan lembaga apapun untuk melengkapinya dengan buku-buku antologi puisi lain,” kata pemimpin redaksi portal satra litera.co.id itu. (R)