Berita 

Diskusi Sajak Sajak Sunyi Budhi Setyawan di Kafe Roti Bakar 88 Pamulang

PAMULANG (Litera.co.id) – Buku antologi Sajak Sajak Sunyi (S3) karya Budhi Setyawan didiskusikan di Kafe Roti Bakar 88, Ruko Pamulang Permai I, Blok SH 6 No. 2 Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Minggu siang (26/11), pukul 16.00 WIB. Diskusi yang dimoderatori Nduk Win menghadirkan dua narasumber yakni Mahrus Prihany dan Sofyan RH. Zaid.

Diskusi dibuka oleh penyair Ahmadun Yosi Herfanda selaku pemilik Kafe Roti Bakar 88 Pamulang. Dalam sambutannya, Ahmadun Yosi Herfanda mengucapkan selamat atas terbitnya S3 karya Budhi Setyawan. Ucapan terima kasih pun disampaikannya kepada seluruh hadirin yang memadati ruang diskusi yang terletak di lantai dua.

Kata sunyi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki 4 arti, pada arti keempat sunyi berarti “bebas”. Sofyan RH. Zaid mengatakan bahwa kata sunyi memang sudah puitis sejak dalam kandungan kamus. “Budhi merupakan ‘pribadi yang sunyi’ dalam artian tenang dan pendiam. Namun dia juga bisa bercanda dan bicara pada saat tertentu,” ucapnya.

Sofyan RH. Zaid menutup makalahnya dengan mengutip puisi Buah Sunyi karya Budhi Setyawan:

Buah Sunyi

teruslah berjalan, masuk ke gua
telinga sampai masa di puncak malam
sampai segala bunyi lenyap
dan yang tinggal hanya senyap

tatap aku dalam pejam matamu
lalu petiklah aku
petiklah
yang terlekap
di ceruk napasmu

kupas, kupaslah aku
sampai habis hijabku
sampai purna telanjangku
hingga di kedalamannya yang pasi
akan kautemui dirimu
sendiri
piatu, termangu

Bekasi, 2014

Buku antologi S3 ini dibagi dalam dua bagian yakni “Ruang Sunyi” yang berisi 42 puisi dan “Waktu Sunyi” yang berisi 30 puisi. Sebanyak 70 puisi ditulis dalam rentang tahun 2014-2016, hanya 2 puisi yang ditulis tahun 2017.

“S3 telah menggariskan dirinya dalam kesunyian. Sepi, senyap, kesendirian barangkali momentum yang paling tepat untuk kita sampai atau setidaknya mengenal Tuhan,” ujar Mahrus Prihany. “Sunyi adalah ibadah, sunyi adalah tahajud, sunyi adalah dzikir, sunyi adalah wirid, sunyi adalah munajat, sunyi adalah pengembaraan dan pencarian,” jelasnya.

Totalitas ekspresif dalam buku S3 adalah upaya luar biasa untuk memberi makna pada sunyi, sebelum akhirnya menjadi totalitas dan sebuah proses spiritual. Sunyi akan menjelma kekuatan yang mampu mengubah apapun. Sunyi adalah katalisator.

Diskusi ini dihadiri para mahasiswa, seniman dan budayawan Kota Tangerang Selatan. Ketua Dewan Kesenian Tangerang Selatan H. Shobir Poer dan jajarannya juga tampak hadir sampai diskusi selesai. Diskusi ditutup saat terdengar adzan maghrib mengumandang. (R)

Related posts

Leave a Comment

2 × two =