puisi 

Puisi-puisi Wawan Kurniawan

Wawan Kurniawan, menulis puisi, cerpen, esai dan menerjemahkan. Buku puisi pertamanya berjudul Persinggahan Perangai Sepi (2013). Pernah diundang sebagai penulis Indonesia Timur di Makassar International Writers Festival (MIWF) 2015. Buku puisi kedua Sajak Penghuni Surga (2017). Buku esai pertamanya berisi 50 tulisan yang pernah dimuat di Koran Tempo Makassar dari tahun 2013-2016 terbit Februari 2017 dengan judul Sepi Manusia Topeng oleh Penerbit Nala Cipta Litera kerjasama komunitas Literasi Makassar dan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Sulawesi Selatan. Karya-karyanya telah tersiar di banyak media massa.

 

Berjalan ke Selatan

 

Arah hanyalah patahan waktu, pikirku.

Dan berjalan sendiri menujumu biar kulakoni

Seperti saat Sawerigading berjalan untuk pulang

Mengapa pencarian kita tampak seperti ilusi semata?

Menyatulah menjadi tujuan dari segala pelayaran

Diri dan bayang-bayang, tebing dan riuh ombak

Biarlah langit tetap tinggi menjulang dipandang

Nyala matahari seperti telunjuk bocah lelaki yang lugu

Dia benar jujur menerjemahkan langkah siapa saja.

I We Cudai mencari perahu yang menjemputnya

Seperti engkau yang berdiri tegar di tepi pantai

Aku berlayar dan jiwaku sendiri berjalan ke Selatan

 

2017

 

 

Don Quixote di Hadapan Cermin

 

Aku berdiri menggenggam batu

Sebesar jantung. Kau adalah satu

Sendiri di dalam alam fana tertawa

Menangis melihat raut keriput wajahku

 

Pecah saja kaca ini biar masa jadi tiada

Tak perlu bertanya siapa kau atau aku

Kita belum punya jawaban berbeda

Lempar batu itu atau masukkan di dada

 

Di hadapan retak cermin, biar kita bicara

Tentang gelap menelan cahaya atau sebaliknya

Batu itu hitam tapi di jantungmu, ada seribu cermin

Biar aku berdiri melihat diriku memegang tombak

 

2017

 

 

Tarian Maggiri

 

keris bercermin sendiri

tak ada darah di tubuhnya

 

para bissu masih tertidur

tapi di langit mereka bercakap

bersama leluhur dan dewa

 

riuh irama gendang

membuat para arwah datang

 

para bissu masih tertidur

tapi raga telah terisi

gerak lain semesta yang kekar

 

keris masih bercermin di sana

terlihat; benang-benang darah

menjahit jantung yang lupa

berdetak sadar dan pasrah

 

2017

 

     *tari maggiri: salah satu tarian bissu.

Related posts

Leave a Comment

four × four =