puisi 

Puisi-puisi Encep Abdullah

Encep Abdullah, pendiri Komunitas Menulis Pontang-Tirtayasa (#Komentar) dan Klinik Menulis. Karyanya tersebar di media lokal dan nasional. Bukunya yang sudah terbit Lelaki Ompol (2017). Mendapat Anugerah Seni Dewan Kesenian Banten sebagai Penggerak Sastra Generasi Muda 2017. Kini tinggal di Komplek Puri Delta Kiara, Walantaka.

 

SUATU HARI DI MARBELLA

 

suara debur ombak yang begitu gemuruh

tak sempat aku terjemahkan sebagai ombak

dari balik pintu hotel lantai delapan

 

suara debur ombak yang begitu riuh

tak sempat aku terjemahkan sebagai suara laut

dari lantai dasar hotel

 

kepalaku bergemuruh kepada anak-istri di rumah

mengapa aku berpeluk sendiri di sini

merasa asing sendiri

 

aku cemburu kepada –yang kuduga—sepasang kekasih

yang saling bercinta di bawah langit senja

bermesra di pagar pembatas laut

 

lensa kameraku membidik mereka

aku tidak menemukan apa-apa

tapi, aku menemukan kita

menemukan cinta kita

 

sunyi begitu benar meradang jiwa

meski laut begitu riuh

begitu gaduh

 

Anyer, 26 Juli 2018

 

 

PAGI DI LOBBY MARBELLA

 

 

sepotong roti yang kusantap

adalah ingatan kepadamu

ada menu apa yang juga sedang

kau santap di rumah?

 

buah-buah segar yang ada di hadapanku

adalah ingatan kepada anak kita

sudahkah kau berikan cukup vitamin

kepada malaikat kecil kita?

 

segelas teh manis yang kuseruput

adalah kebahagiaan yang pahit

tak seperti seduhan tehmu yang payau

karena kau tak sadar kalau itu bukan gula tapi micin

 

tak juga seperti segelas kopi

yang pernah kau aduk tanpa menimbang

seberapa takaran bubuk dan gula yang pas

untuk dikatakan secangkir kopi

 

Tapi, aku tak pernah merasa

Manis dan pahit yang kau berikan

Adalah serupa gula atau kopi itu

Gula dan kopi hanyalah sebuah filosofi

 

Anyer, 27 Juli 2018

 

 

PIALA DI MARBELLA

 

ada lagi piala serupa serbet

yang hadir di marbella

pada ajang lomba seni budaya

 

piala-piala serupa berhala

yang disembah dan dipuja

oleh para siswa

 

riuh tepuk tangan guru

bersorak-sorai dalam ruangan

mereka begitu riang

 

di balik riuh itu

ada satu pertanyaan:

 

adakah piala yang bersumber

dari hati nurani tanpa kepalsuan?

 

Anyer, 27 Juli 2018

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

four × 5 =