Puisi-puisi Yuditeha
Yuditeha, lebih dikenal sebagai prosais. Karya-karyanya antara lain: novel Komodo Inside (Grasindo, 2014). Kumcer Balada Bidadari (Penerbit Buku Kompas, 2016). Buku Puisi Hujan Menembus Kaca (Kekata, 2017). Buku Puisi Air Mata Mata Hati (Kekata, 2017). Kumcer Kematian Seekor Anjing pun Tak Ada yang Sebiadab Kematiannya (Basabasi, 2017). Kumcer Kotak Kecil untuk Shi (Stiletto, 2017). Kumcer Cara Jitu Menjadi Munafik (Stiletto, 2018). Juara ketiga lomba cerpen eksperimental Basabasi, Yogyakarta. Pemenang pilihan lomba cerpen Yayasan Bhinneka Nusantara. Juara kedua lomba cerpen Komsos KAS – Semarang, 2018. Juara kedua lomba cerpen Sejarah Yogyakarta, Dinas Kebudayaan Yogyakarta, 2018. Aktif di Komunitas Sastra Alit Surakarta dan Pendiri Komunitas Sastra Kamar Kata Karanganyar.
Kemanusiaan
dunia terdiam sejenak memastikan kesendiriannya
hingga manusia tak sempat bertanya
apakah ada kehidupan kedua?
sekadar untuk mempertimbangkan amal dan dosa
maka kita perlu belajar bagaimana kita menjadi manusia
jika tidak berhasil, bisa saja dunia terdiam selamanya
dan semua nyawa berbaris
antri memohon mendapatkan kesempatan hidup yang kedua
sebagai manusia yang utuh
Persatuan
aku tak mau ingkar
pada kesatuan yang kita miliki
deras hujan sebagai saksi
guna memastikan kehendak
dan menempatkannya ke lobang jantung
semua ini demi persatuan
aku pastikan otakku tak berlumut
dan mulutku tak memaki
pada rintik hujan yang terakhir
untuk melihat penundaan
lalu memberikannya pada kaki dan tangan
seperti mata rantai yang tak terputus
Kerakyatan
begitu kukuh pada batas
kekerabatan telah menyatu
membayang siluet yang konstan
lekuk tubuh berwatak lampau dan sekarang
keras dan dominan
memperlihatkan cahaya sukma
syukurlah
karena itu namanya kerakyatan
dan seyogyanya
suap tak berlaku di sini
karena jika ada najis
bisa jadi kerahiman akan terkoyak
kebijakan tidak terawat
kerakyatan akan mati
hingga leher tak pernah bisa tegak
menopang wajah
untuk bersitatap
hormat pada kerabat