puisi 

Puisi Yana Risdiana

Yana Risdiana, puisinya termuat dalam Hikayat Secangkir Robusta (Antologi Puisi Krakatau Award 2017), The First Drop of Rain (Antologi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2017), Anggrainim, Tugu dan Rindu (Kumpulan Puisi Pematangsiantar Penyair Nusantara 2018), dll. Buku Larik-Larik dari Jurus Dasar Silat Cimande (2018) merupakan kumpulan puisi tunggal pertamanya. Kini tinggal di Bandung.

 

BRIFING DI MEJA WAKTU

 

ia menjadi kita yang penuh keraguan

terus lingsirkan sembahan kehendak

ke layar datar peristiwa

 

jalan bercabang-cabang menuju ke sana

meski tatapan sejarah semakin mengerdil

itu mungkin bagus buat keluruhan kenangan

karena semua hadir di sana

bersama kesunyiannya masing-masing

sama rata, sama tampilannya tentang rasa

kecuali kau ingin hilangkan cinta bermodus

kesetiaan dalam gerak getas tetikus

 

berselancarlah ke nama-nama terjauh

sekadar belanja perubahan dalam pecahan waktu

mereka akan beri sedikit potongan kegembiraan

bila kau tanggalkan muasal jurusmu

atau sebuah luka dari perburuan kehangatan

 

sebagian bersebelahan dengan ejaan leluhur kita

hanya sedikit yang tersandung harga penafsiran

jatuh ke kuburan kata-kata terbelakang

hampir tiap sudut penglihatan percaya gaya kemajuan

yang diucapkan berulang-ulang di tiap persimpangan

dan percakapan kepulangan selama jam kepergian.

 

2018

 

 

TUMPUAN

 

menampung barisan kenangan

irisannya menjadi hujan

di sudut penglihatanmu

sebagai sungai di hilir mereka

mengalir deras, berbatu penafsiran

 

matahari telah bergerak jauh

lalu tenggelam dari garis khayal

lebih dari sesaat, berkali-kali

kau kehilangan cara menangkis

waktu yang berlapis dan mengembang

 

kiri berbalam, kanan bertabir samar

berulang kau berbelok ke arah diam

mendirikan rangrangan pelipur diri

yang dilimbur sehamparan berang

dalam setumpuan jalan tengah terbalik.

 

2018

 

 

GARIS ORBIT

 

bisikan dari nama-nama anonim

bahasakan kekekalan dengan amsal buah

yang tumbuh dari bebiji rayuan

menjulang batang kerapuhannya

 

jauh dari rasa bersalah

ia tak mengabarkan muasalnya

lalu mereka saling mengerling

di semak penafsiran

 

ia sebut sebagai hari mencerahkan

awal debar dari rahasia kemajuan

bentangkan surga dengan ukuran

dan khayalan sendiri

 

mereka berguling-guling

ingin saling mendekatkan siasat

tapi setiap tubuh semakin menjauh

dari cengkeraman garis orbit

 

2018

 

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

eighteen + nineteen =