Puisi-puisi BJ Akid
BJ Akid, lahir di Pasongsongan Sumenep, Madura. Menulis puisi dan cerpen. Saat Ini masih tercatat sebagai santri Pondok Pesantren Annuqayah. Kini menjadi ketua Komunitas Laskar Pena PPA Lubtara, serta pegiat literasi di Komunitas Surau Bambu dan SMK Annuqayah.
Warta di Bulan November
Aku berlari dari angin penghabisan
Sebelum november kekal pada hujan
Debu-debu penghias ingatan
Tumpah dalam doa perjalanan
Sepertinya buakan terotoar yang sunyi
Adapun sungai dan cinta tidak lagi menari
Sebab warta pada tiupan angin pertama
Telah menyisakan beribu makna.
Anggia…
Jangan lukai tanah yang berada dalam nasibku
Sebab keranggasan musim kemarau masih kurindu
Melebihi rindu puisi pada suasana yang tak tentu.
Bukankah engkau pernah datang,
Merenungi angin november yang berhembusan
Lalu membayang di ujung daun yang berguguran,
Sebelum bahana alasan bergaung dalam keputusan.
Geddung kona, 2018
Musim Pengharapan
Sebuah gelombang dari masa lalu mereka
Mencatat suatu ihwal pada tubuhku yang meronta
Lalu sebuah musim berganti, datang untuk kembali
Dalam kepergiannya sendiri,
Mungkin aku sempat terlahir dari rusuk do’a,
Melamar bekas cinta di tengah linangan air mata.
Nyatanya aku sudah lama
Menanam mawar di tengah kebingungan
Resah dan gelisah hanya tontonan
Bagi angin dan gelombang.
Semisal nanti, aku tidak sempat lagi
Membaca suratmu yang terlupa
Berarti ini sebuah tanda
Bahwa diantara kita benar-benar saudara.
Tapi semoga saja,
Hujan dan air mata tidak dalam satu kata
Karna aku sangat tidak rela
Bila dirimu telanjang dalam derita.
Menjemput Doa
Seketika aku meratapi subuh di keningmu
Dingin-dingin menyala
Apa ini yang kau maksud dengan cinta?
Ketika rindu-rindu pulang tidak bermakna.
:Makna dari kesejatian yang tiada
Sepertinya, aku tidak pandai menyimpan bahasa
Hujan bagi cintaku tidak kunjung tiba
Mungkin kesuatu penantian kita akan sama-sama menyapa
Menjemput doa-doa yang tenggelam di beranda.
Dermaga .2018