Puisi-puisi Romzul Falah
Romzul Falah, lahir di Madura, tahun 2000. Merupakan alumni Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep. Sekarang tercatat sebagai salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Wiraraja Sumenep. Bergiat di Pabengkon Sastra Batuputih, UKM Sanggar Cemara, dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UNIJA.
Surat Kupu-kupu
Surat itu mengabarkan
bahwa di kampung yang belum pernah kusinggahi
engkau dibisingi keresahan dan cacimaki kupu-kupu
karena engkau perempuan
yang menulis atas nama kenangan-kenangan
atas nama sungai yang meluap dan atas nama
tanah yang kehilangan aromanya
atas nama air yang kelihangan alirnya
aku menyayangkan kupu-kupu
tidak pernah tahu bagaimana mereka terbang
hinggap dari bunga ke bunga, melintasi sungai
dan menghisap sari kenangan mereka sendiri
engkau yang mencintai kupu-kupu
namun tak pernah mau terbang bersama
kirimi aku kabar bahwa engkau tak menangis lagi
Sumenep, 2018
Bagaimana Cara Ungkapkan Sepi
bagimana aku ungkapkan sepi ini
sementara mataku membayangkan
kita sedang berlarian
berkejaran di taman tanpa henti
bagaimana aku ungkapkan sepi ini
sementara dalam bayanganku
kita sedang duduk diantara bunga akasia
saling ungkapkan cerita yang rahasia
bagaimana aku ungkapkan sepi ini
sementara engkau sedang gembira bermain ayunan
dan aku menyiapkan seikat bunga-bunga taman
untukmu, dalam bayanganku
Sumenep, 2018
Hafalan
Menghafal kembali nama jalan yang tua
Suatu keyakinan bahwa di mataku
Menyimpan setiap kenangan yang kita tinggalkan
Dan itu lebih mudah kuingat
ketimbang menghafal berapa kali hujan turun,
sungai meluap,Sedang dimataku tak ada ruang berteduh,
juga dimatamu.
Aku selalu mengulang hafalanku
Membiarkan rindu resah ketika ia kehilangan
Bayang-bayang. lalu aku mengabulkan do’a sendiri
Sumenep, 2018
Di Stasiun, Ada Surat Untuk Kekasih
Menuju pemberangkatanmu di stasiun kereta
Aku tulis surat bertuliskan ucapan selamat jalan
Dalam surat itu aku sertakan do’a-do’a
Menyunting air mata menjadi percakapan terakhir,
Menjadi sepatah tutursapa yang tak usai
Sebagai tanda bahwa kita mesti mengenang
Aku tulis pula nama-nama jalan, nama tempat
Ketika pertama kita saling kenal saling pandang
Disana, aku tulis segala macam cerita
Sebagai saksi bahwa kita pernah bersama
Menyakini tanah-tanah sebagai pemulangan cahaya
Dan pada setiap langkah menuju rel
Aku titipkan sepetak rindu dan gelisah
Sumenep, 2018