puisi 

Puisi-puisi Ibrahim Gibra

Ibrahim Gibra, nama pena dari Gufran A. Ibrahim, lahir di Waigitang, Makeang, Halmahera Selatan, Maluku Utara, 28 September 1963. Satu sajaknya, Dari Kopra yang Sama pernah dimuat di Bentara Budaya Kompas, 2002, dan dalam Antologi Puisi tak Pernah Pergi (Hasif Amini, 2003, Kompas Gramedia).

 

roti bakar 88

:mas ayeha

 

usai tafakur, malam tadi rerumputan mampir di warung itu, menabur pelangi pada sepotong roti bakar, dibalut coklat dari negeri rempah

 

baru kutahu, pemilik warung itu bertahun-tahun memanggil musafir singgah, meski sejenak:

 

bicara kata rasa

rasa kata

 

:pantas saja selalu ramai

 

dan, musafir terus datang dan pergi

 

2019

 

 

percakapan bulu mata

 

Di depan cermin, bulu mata asli tulus pada kegenitan bulu mata palsu. Di luar rumah, bulu mata asli cemas pada bulu mata palsu.

 

“Biarlah, kau menyembunyikan kekuranganku,” begitu aku bulu mata asli pada bulu mata palsu suatu pagi penting.

 

“Jagalah aibku,” pinta bulu mata palsu pada bulu mata asli di sebuah pesta yang menentukan.

 

“Hati-hati, jangan sampai lepas ya!”

“Hati-hati, jangan sampai ketahuan ya!”

 

“Terima kasih telah merawat kesempurnaanku,” lirih bulu mata asli.

 

“Terima kasih juga telah menutup aibku,” gumam bulu mata palsu.

 

Bulu mata asli dan bulu mata palsu berpelukan di depan mata asli. Perempuan paruh baya itu tenggelam ke dalam cermin.

 

2019

 

 

percakapan alis mata

 

“Garisku telah kau belokkan ke selera duniamu,” batin alis mata asli suatu pagi.

 

“Aku mau pinjam jalanmu, supaya banyak mata kagum padamu,” alis mata palsu menyakinkan.

 

“Bisakah kau menahan diri?”

“Aku mau menghibur dirimu.”

 

Alis mata asli dan alis mata palsu berselisih jalan. Perempuan paruh baya itu terpahat ke dalam cermin.

 

2019

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

16 − 11 =