Puisi-puisi Ahlul Hukmi
Ahlul Hukmi lahir pada 19 Agustus 1981 di Dumai. Beberapa buku yang telah diterbitkan yakni Sang Pembangkang (diterbitkan sendiri, Padang, 2002), Nan Bebas Merdeka (diterbitkan sendiri, Dumai, 2013), kegelapan (diterbitkan sendiri, Dumai, 2015), Kegelapan (FAM Publishing, 2016), 200 Puisi Negeri (FAM Publishing, 2019). Esainya diterbitkan dalam buku nominasi 10 besar Sayembara Tulis Nusantara 2012 Kebersahajaan Di Tepian Halmahera (Gramedia Pustaka Utama, 2013). Beberapa puisinya diterbitkan dalam Sauk Seloko buku Rampai Pertemuan Penyair Nusantara VI (Dewan Kesenian Jambi, 2012), Antologi Puisi Menolak Korupsi (Forum Sastra Surakarta, 2013), Antologi Puisi 2koma7 (Bengkel Publisher, 2013), Antologi Puisi Milad (Alm.) Dimas Arika Miharja Dekap Aku Kekasih (Bengkel Publisher, 2014), Antologi Puisi Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta, 2016), Antologi Puisi Mata Khatulistiwa (Penerbit REBOENG, 2018), Menenun Rinai Hujan Sapardi Djoko Damono & Para Penulis Terpilih Indonesia Jilid 6 (Sebuku.net & Gerakan Menulis Buku Indonesia, 2019), dll.
Syukur Padi
Kepada siapakah Padi bersyukur?
Apakah ia bersyukur kepada humus, tanah, air, udara, sinar matahari, atau kepada petani-petani yang menyemai, menanam, memupuk, dan menuainya, atau kepadamu, kepadaku yang menanak beras menjadi nasi hingga para petani bisa bergembira ketika panen dan riang gembira kala menanam padi di sawah-sawah? Atau syukurnya hanya kepada Allah?
April 2018
Antara Marapi dan Singgalang
“Pargede! Pargede! Pargede!”
Aroma Pargede Jaguang menyela lamunanku.
Air Tawar, Tabiang, Lubuk Buaya, Lubuk Aluang, Sicincin, Kayu Tanam,
Air Terjun Lembah Anai, dan Silaiang.
Bunyi musik mengecil.
Dua orang pengamen bernyanyi.
Rindu daku akan Saluang, Pupuik, Sarunai, Talempong, dan Randai.
ANS di depan NPM menuju Bukittinggi.
Udara sangat sejuk.
Aku tuliskan namamu di jendela kaca.
Pendaki-pendaki gunung mulai turun.
Mereka akan naik ke Puncak Marpati.
Ada juga yang akan menuju Hutan Lumuik dan Telaga Dewi.
Antara Marapi dan Singgalang.
Aku berdiri di Koto Baru Padang Panjang.
Di kananku gunung menjulang.
Di kiriku gunung menjulang.
Menitik air mataku akan semua kenang.
Antara Marapi dan Singgalang.
Sejuknya air Padang Panjang
di pukul sembilan nol nol malam,
segarkan ingatan demi ingatan.
akan nyanyian-nyanyian di Gedung M. Syafei.
Antara Marapi dan Singgalang.
Kawan-kawan menanak nasi, memanggang ikan asin, dan menyeduh kopi.
Aku lihat kabut di depan Hutan Larangan.
Antara Marapi dan Singgalang.
Dengarlah dzikir berulang-ulang.
Dengarlah dendang sambut perantau-perantau pulang.
Antara Marapi dan Singgalang.
Aku basuh mukaku di tabek dekat surau
supaya daki-daki hilang.
Antara Marapi dan Singgalang.
Rinai berpuisi.
Tafakur daku akan semua jasa pejuang
nan merintis, merebut, mempertahankan dan menjaga kemerdekaan.
21/2/2018
Dunia Fana
Dunia ini dan segala isinya adalah fana.
Di mana dan berapa koordinatnya dunia nan kekal?
Beritahu aku supaya kita bisa teleportasi bersama-sama ke sana.
April 2018