Puisi-puisi Rofqil Junior
Rofqil Junior adalah nama pena dari Moh. Rofqil Bazikh. Lahir di pulau Giliyang kec. Dungkek kab. Sumenep Madura pada 19 Mei 2002. Berdomisili di Gapura Timur Gapura Sumenep.Aktif di Kelas Puisi Bekasi dan Komunitas ASAP. Puisinya termaktub dalam antologi Dari Negeri Poci 9; Pesisiran (KKK;2019), BuluWaktu (Sastra Reboan;2018), Banjarbaru Festival Literary (2019), Sua Raya (Malam Puisi Ponorogo; 2019), Dongeng Nusantara Dalam Puisi (2019). Saat ini sudah menulis puisi di berbagai media cetak dan online antara lain Bangka Post, Suara Merdeka, Banjarmasin Post, Malang Post,Radar Malang, Radar Banyuwangi, Radar Cirebon, Radar Madura, Rakyat Sumbar,Radar Pagi, Kabar Madura, Takanta.id, Riau Pos, NusantaraNews, SerikatNews, dll.
Hampir Gelap
goyang anggrek hitam dan akar bakau
menjuntai melengkapi sepi hingga larut
burung-burung malam bersayap angin
membidik petang dari barat ke timur
matahari yang mengubur dirinya
dalam-dalam
sedalam ketakutan masa silam
kupastikan esok bangkit dengan pakaian
serba baru dan dari jalan biasa
sedang yang kukutuk sebagai kenangan
adalah bekas pijakan anak-anak
seusia jagung di sekat pembatas
bibir pasir dan lidah ombak.
temaram tandang, gugusan bintang
tenggara sempurna menyatu
dengan gelap. berjalan bersama-sama
lalu burung-burung lain
berekor lilin, memperpanjang kicau.
Gapura, 2019
Sebuah Pagi
sementara pendar fajar kedua tersangkut
di ujung pohon kelapa sekitar halaman berumput
pagi mencair seperti patung lilin,
kujemput diam-diam. di luar hening mengalir
terulang kembali
jalak putih gegas melintas
di persimpangan langit lurus di atas kepala
mencari bahan untuk menenun sarang
atau sekadar membidik penawar lapar
anak-anaknya
gigil semakin nyaring berkepanjangan
tiada matinya
menyatu dengan embun, menyapa
daun ranggas sebelum akhirnya luruh
betapa mungkin angin lebih semilir
dari yang kau dan aku rasakan
takut-takut mekar kembang api
tak tertunaikan dan mati dihajar terik
lantas putri malu semakin kuncup saja
Gapura, 2019
Koran Pagi
sedang secawan kopi yang tetap mengepul
di rongga meja
menyulut lara berderai yang sudah menahun
bapak memulai ritual bersepi-sepi dengan kursi
abjad di dasar koran, penghantar kabar asing
dan sekian banyak tepi dan ruang
di perut bumi
mula-mula ia membetulkan duduk kacamatanya
lantas, menyibak lapis-lapis halaman
hingga sampai pada kabar kematian.
dibayangkan kematiannya sendiri
dengan upacara yang tak begitu sepi
dan mungkin muncul di lembar pertama
koran besok pagi
sekali-kali ia akan berseru, jika pandangannya
tertuju pada lembar terakhir
sementara kopi sudah tinggal ampas
seperti pagi yang kehilangan dingin
dan aku yang memburu ingin
Gapura, 2019