CERPEN 

Matinya Pak Nuri

Muhtadi ZL, adalah Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman (INSTIKA) Guluk-guluk, Sumenep, Madura dan Pengurus Perpustakaan PP. Annuqayah daerah Lubangsa. Aktif di Komunitas Penulis Kreatif (KPK) dan Komunitas Cinta Nulis (KCN) Lub-Sel. Menulis Esai, Resensi dan Cerpen serta karyanya tersebar di beberapa media.

 

Kematianya membuat seisi rumah panik, sebab ia mati tanpa rasa sakit atau mengeluhkan sesuatu. Namun, menurut kabar yang tersiar hingga ke seantero desa, menaruh kecurigaan bahwa ia mati dibunuh oleh seorang yang bertopeng, dan juga ia gesit, bisa meloncat-loncat seperti tupai yang berpindah dahan. Begitulah kabar yang beredar.

“Apa mungkin itu Ninja?” ucap Kiki sewaktu berjalan berduaan bersama Anam yang tak lain adalah anak Pak Nuri yang mati terbunuh itu.

“Hus! Kamu ngawur, mana ada Ninja di zaman yang serba canggih dan instan ini, lagi pula bapakku ‘kan jarang keluar malam, yang kutahu, bapak itu keluar hanya waktu tertentu saja, bila tidak penting bapak tak akan keluar.” Tegas Anam.

Pak Nuri adalah seorang guru di kampung Gedangan. Kampung itu sangat asri karena berdekatan dengan sawah yang membentang luas dan bukit, bila dilihat dari jauh agak rimbun penuh dedaunan. Kesehariannya ia habiskan untuk mengajarkan ilmunya kapada anak-anak di kampung Gedangan. Setiap berangkat mengajar, Pak Nuri tak pernah luput dari aktivitas warga yang selalu bertani. Kebersamaan warga yang selalu terngiang dibenaknya membuat Pak Nuri ingin membaur dengan para petani, dan mendengarkan keluh kesah mereka, entah masalah ekonomi, pajak atau bahkan menyinggung masalah pribadi. Namun, yang jelas Pak Nuri hanya ingin cangkruan saja.

Tetap membekas dalam ingatan warga, Pak Nuri dikenal dermawan dan penyayang terhadap anak didiknya dan juga tetangga di kampungnya. Mungkin itu wajar atau bahkan pantas. Sebab sebagai seorang guru ia harus berprilaku demikian. Masalah kedermawannya, Pak Nuri dinilai selalu menyumbangkan sedikit hartanya untuk anak yatim dan masjid, sehingga tidak salah kalau para tetangga menyanjungnya. Padahal hati dan pikirannya tidak ingin di puji demikian, Pak Nuri hanya ingin seperti warga lainnya yang sama rata, tak ada yang berpangkat atau bertingkat.

Bukan hanya itu saja hal yang dilakukan tetangga. Pak Nuri telah menjadi inspirasi warga kampung. Sehingga rasa cinta dan sayang warga terus mengalir dari hati tetangga untuk selalu mencintainya. Karena tanpa perjuangan Pak Nuri anak warga kampung Gedangan tidak akan bisa belajar atau bisa sukses seperti saat ini.

Namun, ketika Pak Nuri dikabarkan meninggal karena di bunuh oleh orang yang bertopeng, seluruh warga dibuat bingung oleh kematiaannya. Dalam benak warga bermunculan tanda tanya, sebab memang aneh atau bahkan nihil tanpa sakit atau apa, Pak Nuri dikabarkan mati? Tetapi ada yang mengejutkan lagi, katanya Pak Nuri di bunuh oleh Ninja. Mulai dari itu, semua warga mulai memasang perangkap. Mencari ide untuk memancing Ninja itu keluar, dengan cara menurut warga setempat tidak ada dalam sejarah per-ninjaan.

Setiap malampara warga selalu meronda, dengan tujuan untuk menemukan dalang yang berada dibalik topeng misterius itu. Namun, setiap meronda mereka tidak menemukan hal mencurigakan. Malah untuk kegesitan, mereka hanya menemukan anjing dan kucing yang berkelahi atau berkejaran. Terkadang untuk masalah loncat- meloncat mereka selalu mendapati musang yang sedang mencari makan atau hanya berkeliaran menikmati gelapnya malam. Perlahan mereka mulai jenuh dengan perondaan yang tidak membuahkan hasil sama sekali.

***

Terlihat segerombolan warga yang sedang asik berkumpul seraya mendiskusikan masalah pupuk sampai tak terasa menyinggung kematian Pak Nuri yang dibunuh oleh orang yang bertopeng. Namun, tidak semua orang percaya akan hal itu. Seperti Pak Da yang selalu beranggapan kalau itu bukan Ninja menurutnya,

“Manusia yang memakai topeng itu adalah perampok yang menyamar agar tidak diketahui identitasnya. Tapi untuk kegesitan atau loncat-meloncat itu hanya anjing atau musang yang pada waktu pembunuhan Pak Nuri berkeliaran, dan orang yang melihatnya memasukkan dalam cerita, lalu disebar luaskan oleh orang tersebut,” kata Pak Da dalam perkumpulan itu.

Tetapi semua anggapan itu ditampik begitu saja, tak jarang ada yang acuh tak acuh dengan anggapan tersebut. Sebab Pak Da yang sangat membenci Pak Nuri karena terkenal dengan kedermawanannya, juga ketika berada di hadapannya, Pak Nuri selalu di sanjung- sanjung oleh warga, mungkin itu wajar karena para warga sangat mencintai Pak Nuri semasa hidupnya.

***

Satu bulan sudah kematian Pak Nuri, tetapi tak ada kepastian mengenai siapa pembunuh yang sebenarnya.

Malam ini. Kiki pergi keluar rumah sendirian, dan waktunya pun hampir bersamaan dengan kematiannya Pak Nuri. Tetapi ia tidak menyadari akan hal itu. Sejatinya ia sudah menolak keras permintaan istrinya. Tapi, apalah daya mengingat anak yang sedang dikandung istrinya, ia juga merasa iba terhadap istrinya yang sedang ngidam.

Setelah separuh berjalan dan tak lama lagi akan segera sampai di tempat tujuan, ia melihat seseorang di dekat semak–semak. Dilihat dari gerak- geriknya, sepertinya ia sedang mengganti baju, samar-samar buta ia melihat topeng yang tergeletak di samping orang yang berdiri itu, ia pun beranggapan kalau itu ninja. “Ah! tak mungkin kalau disini ada ninja?” Terbesit dibenaknya untuk mencari tahu yang sebenarnya. Sebab dari gayanya menimbulkan kecurigaan dalam tempurung kepala Kiki.

Setelah mengenakan pakaian, laki-laki yang diselimuti gelap itu perlahan mulai melangkahkan kaki begitu pelan. Sekejap menghilang di balik pohon. Sekian menit masih belum tampak. Entah, kemana. Tetapi ia yakin kalau orang yang tadi takkan jauh dari pohon tempat lelaki itu menghilang.

Gelap masih setia menemani perjalanan Kiki yang masih melangkah pelan,

“Kiki! Sedang apa malam-malam di sini?”tepukan tangan yang mendarat di bahunya, sontak membuat ia menoleh seketika.

“Eh, kang Kang Anom, ini mau beli sesuatu buat istri, biasa lagi ngidam Kang,” sambar Kiki cepat.

“Kalau Kang Anom mau kemana?” tambahnya.

“Ini mau beli minyak dan tepung. Mari kalau mau bersama,”ajak kang Anom.

“Iya Kang, tapi mungkin lebih baik Kang Anom duluan, saya masih ada urusan sebentar,”ucap Kiki.

Tanpa pikir panjang Kang Anom langsung melangkah seraya meninggalkan Kiki. Mata Kiki tak henti-hentinya menatap Kang Anom dari belakang, sesaat Kang Anom sampai ditempat orang yang tadi menghilang. Sekejap Kiki mengedipkan mata karena merasa matanya berair dan terasa pedih, karena udara terasa begitu dingin.

“Tolong! Tolong! Tolong!!!” jeritan itu langsung melengking dan terdengar sampai di telinga Kiki. Secepat kilat, ia langsung terbelalak sambil mencari asal suara.

Kiki terhenyak ketika mendapati Kang Anom yang sedang diringkuk dari belakang oleh seseorang yang entah siapa? Kiki langsung berlari menuju Kang Anomyang sedang di peluk.

Setelah Kiki sampai di TKP. Ia langsung meringkuk orang yang memeluk Kang Anom. Suasan semakin tengang. Angin yang tadinya dingin kini perlahan menjadi hangat.

“Kiki ringkuk kuat-kuat!”pinta Kang Anom. Kiki semakin mengecangkan pelukannya,

“Ki! Coba berusaha melepaskan diri” Kang Anom mengangguk pelan.

Keringat semakin deras bercucuran di kening mereka. Nafas perlahan tersegal-segal. Lima menit kemudian Kang Anom bisa melepaskan diri.

“Kang cepat buka topengnya, biar kita tahu siapa orang ini,”pinta Kiki sambil terus mengencangkan pelukannya.

Tanpa pikir panjang Kang Anom langsung membuka topeng yang menutupi wajah misterius itu, namun tidak disangka, orang yang dipeluk Kiki malah meronta-ronta pelan pelukan Kiki mulai merenggang akibat rontaan orang yang di peluknya. Tak lama kemudian topeng itu terlepas dari wajah pemiliknya. Kiki tersenyum, namun tidak dengan Kang Anomyang melotot sambil ternganga. Tanda tanya pun muncul dibenak Kiki. Tanpa pikir panjang ia langsung membalikkan badan orang yang peluknya.

“Hah! Pak Da!!! Ternyata…?” Kiki menghentikan perkataanya. Dan kembali meringkuk orang yang sedari tadi ia perhatikan sewaktu ditelan malam, tanpa diduga ternyata orang yang sangat tidak suka dengan Pak Nuri lah yang dari tadi mencuri pandangannya dan menjelma manusia bertopeng yang menyerupai Ninja. Ya, Pak Da lah orangnya.

Kiki dan Kang Anom bingung dengan kejadian yang menimpa mereka berdua, dan mereka berpikir kalau yang membunuh Pak Nuri adalah Pak Da entah itu benar tidaknya. Yang di katakan Pak Da waktu itu benar adanya. Namun tetap saja Kiki dan Kang Anom tetap bingung dengan kejadian ini dan bersegera melaporkan kejadian ini kepada seluruh warga kampung Gedangan. Dan kini, semuanya terungkap.

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

13 − eight =