Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar
Maulidan Rahman Siregar, lahir di Padang 03 Februari 1991. Menulis puisi dan cerpen di berbagai media. Bukunya yang telah terbit, Tuhan Tidak Tidur Atas Doa Hamba-Nya yang Begadang (2018) dan Menyembah Lampu Jalan (2019). Kini tinggal dan bergiat di Padangpariaman, Sumatera Barat.
Hantu
seekor babi berkepala pelawak muncul
dalam dirimu
kau iseng bangun, dan mendapati sebuah
kota sudah mati
kau kais atau kau bunuh ribuan sisa
peradaban
arkais-arkais kuno kehilangan zaman
dan kau tertidur untuk kedua kalinya
ketika lazuardi dengan pucat kemerahan
menjatuhi rampai tubuhmu
dalam lebat hujan
kau mati, mati, mati, untuk kesekian kali
tapi tidak cahayamu
tapi tidak pikirmu
tapi tidak seekor babi
yang kau pelihara dalam diri
oh kejahatan dan kebaikan
masa masa silam peradaban
dua-tiga penelitian kau ziarahi
untuk mati terakhir kali
tapi kau hidup juga
dalam kata-kata parah ini
05/04/2019
Sembilu Istri Pertama
kamu masih tertinggal di kereta
dan ratapan perpisahan di ujung tunggu
doa kita telah sirna
hampa segala cita-cita
kutemukan (lagi) wajahmu di pecahan uang lima ribu
dan seorang nenek
hampir mati mengemis subsidi rakyat
raut wajahnya adalah belanja sepanjang tahun
kesehatan yang mahal!
kau kubur anak-anakmu
ketika masih belum purna
cita-citanya
oh, Tuhan, kau sedang bercanda?
2019
Laju Kota
Seorang pasien membawa sakit pulang ke rumah.
Di jendela, ibu dan ayah berkelahi sejak pagi
Sebab kucing tetangga dan seekor ayam tetangga
Berpacaran di tepi pojok
Seorang nenek bertanya, apakah obat untuk lekas bahagia?
Anak-anak melempar banyak gadget sekaligus menampar mukanya
Di kota, ribuan orang tersenyum
Menawarkan janji, menawar bukti
Agar pasien tadi, kembali ke rumah sakit
Untuk sakit berkali-kali
2019