Pengumuman Hasil Kurasi Puisi “Rumah Semesta”

Bali (Litera.co.id) – Benarkah puisi adalah bahasa jiwa, dari jiwa dan untuk jiwa? Puisi yang berasal dari pikiran dan perasaan bisa saja merupakan ucapan halus Sang Jiwa. Ketika kata demi kata dirangkai menjadi puisi, banyak yang meyakini itu adalah bahasa jiwa. Mungkin hanya perlu ketulusan dari Sang Diri sebelum atau saat menulis puisi.

Lantas kenapa mesti ada ajakan untuk menulis puisi bertema spiritualitas? Apakah puisi ingin dijadikan semacam solusi yang menguatkan diri untuk melanjutkan hidup di tengah situasi dunia seperti saat ini?

Seorang penekun spiritual dan pejalan sunyi seperti Guru Wayan Mustika, pendiri “Rumah Semesta”, tidak akan semegah itu mengambil peran. Tradisi komunikasi “Rumah Semesta” adalah mengajak kita untuk tekun dalam menelisik keindahan Sang Pencipta melalui ciptaan-Nya. Juga mencari jalan penyatuan secara intens dalam menghayati kemegahan Sang Maha Agung melalui realitas atau fenomena kehidupan sehari-hari di sekitar kita. Dengan cara komunikasi seperti itu, diharapkan dapat semakin menguatkan cahaya jiwa dalam menerangi kegelapan diri.

Dalam kegiatan kali ini, “Rumah Semesta” telah menerima sebanyak 470-an puisi yang ditulis oleh 190-an peserta dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan ada pula yang dikirim dari luar negeri. Puisi-puisi tersebut sebagai energi komunikasi Sang Jiwa atau Sang Diri terhadap Sang Maha Indah. Di dalamnya tersurat dan tersirat refleksi permohonan, pujian, kerinduan, pertanyaan-pertanyaan terhadap berbagai realita kehidupan. Juga sebagai pencarian jati diri lewat pernyataan-pernyataan eksistensial.

Tim Kurator yang terdiri dari Dewa Putu Sahadewa, Nyoman Sukaya Sukawati, dan Wayan Jengki Sunarta bertugas menyeleksi puisi-puisi tersebut untuk dibukukan. Dalam proses kurasi, tim kurator berpedoman pada tema, teknik, dan kedalaman isi puisi. Namun, sayangnya, kurator banyak menemukan puisi dengan semburan frasa yang kehilangan logika dan konteks. Ada sejumlah puisi yang terlalu cerewet dengan kata, yang sebenarnya bisa dipadatkan sebagai diksi atau metafora yang efektif. Ada pula puisi yang memamerkan akrobatik kata-kata, terlihat canggih, rumit, namun kenes, yang menyebabkan puisi kehilangan esensi puitiknya.

Dalam proses kurasi, kurator menggunakan metode yang telah disepakati bersama. Tahap pertama, masing-masing kurator menyeleksi puisi-puisi yang dikirimkan peserta. Pilihan masing-masing kurator kemudian dicocokkan. Puisi-puisi yang dipilih oleh dua dan tiga kurator disepakati lolos seleksi final. Sementara itu, puisi-puisi yang hanya dipilih oleh satu kurator didiskusikan kembali oleh para kurator untuk ditimbang ulang.

Kurator menyadari bahwa tidak mudah menulis puisi sublim bertema spiritualitas. Namun, dengan semangat kecintaan pada puisi, kurator berusaha secara maksimal untuk memilah dan memilih puisi-puisi yang dianggap “layak” menurut versi kurator. Kurator menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada semua peserta yang telah menuliskan dan mengirimkan bahasa jiwanya dalam bentuk puisi sebagai bagian dari cara meresapi keindahan Sang Maha Indah, serta membagikannya kepada kehidupan.

Berikut adalah puisi-puisi yang lolos seleksi final:

1. Aan Almaidah Anwar
Tarian Jiwa

2. Abdul Salam HS
Sungai Cibanten

3. Apri Medianingsih
Petapa

4. Agoes Andika
Upacara Diri

5. Ardi Susanti
Tuhan

6. Awawa Yogarta
Harrison
Samsara

7. Badaruddin Amir
Lunatic

8. Bambang Widiatmoko
Mubeng Beteng

9. Bonk Ava
Ruang Waktu

10. Budhi Setyawan
Ayat-ayat Langit
Suara Air Mata

11. Daviatul Umam
Anak Hujan

12. Denesa Ekalista
Mahakarya Tuhan

13. DG. Kumarsana
Pitara Badil Agama Langit

14. Dhery Ane
Menulis Jejak-jejak Luka

15. Eddy Pranata PNP
Kesetiaan Lelaki Laut

16. Eddie MNS Soemanto
Biasa
Fitri

17. Edrida Pulungan
Lahirkan Aku Lagi

18. Erlina
Kekasih dari Tuhan

19. Emil
Mendengarkan Tubuh

20. Fadhilah Hunaini
Munajat

21. Fathurrohman
Rindu

22. Genoveva Dian
Rabu Abu

23. Gol A Gong
Epitaph

24. Hendri Suhendi RI
Suluk

25. Heru Mugiarso
Mencari Tuhan di Kota Wuhan

26. Herry Lamongan
Maha Kekasih
Saling Paham dalam Sajak

27. Husnul Khuluqi
Perahu Senja

28. I Komang Warsa
Titik Spiritual

29. Ida Bagus Pawanasuta
Belajar dari Alam

30. Ida Ayu Wayan Sugiantari
Mencacah Sunyi

31. I Ketut Aryawan Kenceng
Mencari Tuhan

32. IDK Raka Kusuma
Doa Sepanjang Kemarau
Lembah Sudamala

33. I Made Kridalaksana
Umanis Galungan di Puncak Penulisan

34. Ika Permata Hati
Percakapan Batin

35. Irawan Sandhya Wiraatmaja
Tentang Batu

36. Isbedy Stiawan ZS
20 Km dari Lampu Merah
Senja Jatuh Dekat Wajahmu

37. I Made Adi Sunantara
Di kamar Operasi
Perjalanan ke Rumah Sakit

38. Imam Barker
Dari Kampung Aku Berpuisi
Masih Di Sinilah Aku (2)

39. Imam Rosyadi Mahmudi
Mengenal Diri Sendiri
Sesunyi Jiwaku

40. Irvan Mulyadie
Ciwulan

41. I Nyoman Musna
Diam
Rindu

42. I Made Suantha
Lafadz Sebatang Pohon
Menempuh Lempuyang: Jalan Berundak Menuju Pura

43. Itov Sakha
Gesekan Hening
Mimpi

44. Jauza Imani
Dalam Diam
Zikir Kembang Api dan Rembulan

45. Jimat Kalimasadha
Berhentilah Ia Pada Akhirnya
Di Atas Panggung Amandava

46. J. Akid Lampacak
Risalah Laut
Potret Penjemputan

47. Khanafi,
Asing
Langit Tanpa Angin

48. Khalil Satta Èlman
Menggapai Kosong

49. Kurnia Effendi
Skenario

50. Leenda Madya
Barangkali, Ngajiku Sebatas Berahi

51. Lukman A.Salendra
Mampir di Sofifi

52. M. Anton Sulistyo
Insomnia Kakek
Peta di Brosur Perjalanan

53. Mangir Chan
Membaca Bumi Membaca Langit
Pada Jalan Usia

54. Martin da Silva
Mengukir Nama Leluhur

55. Mettarini Desak
Dari Kerling Ilahi
Menemukan Jiwa

56. Muh Ghufron Cholid
Kepada Jiwa-Jiwa yang tenang
Jalan Pulang Seorang Petarung

57. Moh. Rofqil Bazikh
Sebelum Hijrah

58. Neneng Hendriyani
Reinkarnasi
Atma yang Tersesat

59. Ni Luh Putu Mahaputri
Sundaram

60. Nuryana Asmaudi SA
Anak Waktu
Kado Sunyi

61. P. Nuraeni
Malam di Langit Madinah

62. Petrus Nandi
Sembahyang Pagi

63. Putu Gede Pradipta
Agama Air
Jalan Sunyi

64. Rahem
Malam Sya’ban
Aku, Tuhan, dan Waktu

65. Rezqie M.A. Atmanegara
Khalwat

66. Rissa Churria
Mendung di Stasiun Cikini

67. Ruhan Wahyudi
Elegi Kemenyan

68. Roso Titi Sarkoro
Tuhan Bukakan Pintu
Membaca Senja

69. Romy Sastra
Nyanyian Sunyi
Puja

70. Roymon Lemosol
Batumoli

71. Salman Yoga S
Tuhan Kopi
Kopi Ganja

72. Shafwan Hadi
Belajar Membaca
Setiap Malam Kubaca Doa

73. Soekoso DM
Kumatikan Lampu Malam Ini

74. Sultan Musa
Pria Berbingkai Munajat

75. Sulaiman Juned
Tanda Mata

76. Veran Making
Cahaya Dari Jendela Kasih-Nya

77. Waty Sumiati Halim
Pada Garis Pantai-Mu

78. Wahyu Hidayat
Doa

79. Winar Ramelan
Dia yang Rela Diduakan
Pada Tubuh Ke Berapa

(R)

Related posts

Leave a Comment

fourteen − seven =