AKU ARUS ENGKAU DAUN
Puisi-puisi Ibrahim Gibra
___________________________________________________________________
AKU ARUS ENGKAU DAUN
(Untuk Je)
dulu, pohon itulah yang menjadikan
Adam dan Hawa jatuh ke bumi
tapi kini engkau daun di gunung
aku arus di laut
engkau angin yang menyapu bukit
aku arus yang menjaga laut
bisakah arus melarungkan daun
sedangkan laut bukanlah angin
yang saban hari bertemu hutan-hutan?
bisakah daun gugur bertemu laut
sedangkan angin yang cuma menitipkannya
pada tanah?
tapi kini aku arus
itu sudah takdir laut
tapi kini engkau daun
itu sudah takdir hutan-hutan
Ibrahim Gibra
9 Oktober 2021
Seekor Kupukupu Hinggap
di Bunga yang Sedang Mekar
:untuk Je
aku tak tahu
ke mana
angin menerbangkan wangi bunga
tapi itu sayap kupukupu berdenyar
kaki-kaki sibuk bertahan pada
daun-daun yang ikut bergetar
tapi kau lihat
lihatlah
:angin pun diam
sayap yang indah
kaki yang lembut
daun-daun
bunga
putik
satu dalam getar
ke ujung putik
di ujung putik
itu kupukupu dan bunga tiada dalam getar
lalu aku bertanya
dari mana kesenangan itu datang
ke mana kenikmatan itu pergi
Ibrahim Gibra
7 September 2021
Hujan Patah di Atas Payung
:kepada Hasan Aspahani dan Ahmadun Yossi Herfanda
masihkah hujan pecah
di atas payung
bila ada yang berani menanggung basah?
tapi itulah
nasib payung pada hujan
takdir hujan pada payung
di antara kuyup-kuyup payung
siapa mengira hutan-hutan mengirim bandang
dan hujan pun patah
di pucuk payung
Ibrahim Gibra
23 September 2021
Sampai Sesap Terakhir
:Bre Redana
sesudah aroma itu pergi
ke manakah sesap mengirim rasa yang
selalu dirindu dahaga
di ujung teguk terakhir
sampai sesap terakhir
kopi menjelma menjadi tiada
Ibrahim Gibra
2 Oktober 2021
Kopi dari Kelana Rasa
:Nungki Kusumastuti
tiga bungkus kopi yang dipinang rindu pulang
itukah kelana rasa?
tiga bungkus kopi dari negeri seberang
di manakah beradunya pahit manis?
tiga bungkus kopi dari deru musafir
pada sesap terakhir
pahit menjelma bangau yang rindu pulang ke dangau
tiga bungkus kopi dari deru musafir
usai sudah kopi menawarkan rasa
Ibrahim Gibra
2 Oktober 2021
Kopi dan Laut
:Nungki Kusumastuti
siapa bilang kopi tak bertaut laut?
lihat saja aroma secangkir kopi
tumbuh
menderu
seperti laut mengirim uap
dari uap ke awan cuma sehasta
sedang kopi mengantar rasa
dan aroma pun segera tiada
pada teguk terakhir
di langit
uap menjadi butir air
sedang di muka cangkir
tersesap jua pahit dalam manis
dan rasa pun terus mengelana
Ibrahim Gibra
9 Oktober 2021
Ibrahim Gibra adalah nama pena dari Gufron Ali Ibrahim. Menulis puisi, cerpen, artikel budaya serta demokrasi. Nama pena tersebut biasanya dipakai dalam menulis cerpen dan puisi. Sedangkan nama Gufron A. Ibrahim dipakai dalam menulis artikel bahasa, sosial budaya, demokrasi, dan literasi. Lahir di Waigitang, Halmahera Selatan, Maluku Utara, 28 September 1963. Sederet jabatan pernah diembannya, antara lain Rektor Universitas Khairun (2009-2013), dan Kepala Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (28 Agustus 2015—4 Juni 2020). Beberapa buku telah dilahirkannya. Buku terbarunya, kumpulan puisi, Musim yang Melupa Waktu, diterbitkan oleh Diva Press, Juni 2021.
Foto diambil dari pixabay.com