Puisi Hanya Sekilas Kerlip di Layar Digital
Puisi-puisi Budhi Setyawan __________________________________________________________________
PUISI HANYA SEKILAS KERLIP DI LAYAR DIGITAL
lewat bingkai zoom, facebook dan instagram
kita kupas lapis lapis perjumpaan
euforia untuk mencari lingkar keberadaan
seperti memasuki lorong yang diawetkan
propaganda dengan keseragaman tanda
nujum periferal masa depan
adalah ketergesaan data yang sengkarut
merasuki bilik dalam kepala
melekaskan kini menyegerakan esok
narasi besar dengan pacuan lebih dari seribu kuda
agar tak tertinggal variasi kemungkinan
kultur hari menjadi pusaran berisik
algoritma menjelma toksik
sementara puisi dengan getarnya sendiri
mencari ceruk untuk menaruh bisik
karena tetap ada keyakinan tak terelakkan
bagi kesederhanaan yang mesti diimani
barangkali nanti ada yang berhasrat menyimpan
dan membacanya pada sekelumit jeda
karena waktu kini menjelma kilasan realitas virtual
yang bergerak arbitrer tersebar dan berlepasan
menjalani kebebasan yang bisa jadi kutukan
tampaknya kita dan kata kata bisa bernasib sama
mengapung di layar layar komputer dan telepon genggam
sekilas saja lewat didesak antrean kesibukan
berebutan tampil dengan ledakan ledakan sensasi
yang kian pelik untuk dimaknai saat ini
: entah pada 100 tahun lagi
Bekasi, 13 September 2021
Dunia Begitu Kenyal
ruang kini seperti jeli
berhimpun tarikan tarikan
kau pun betah di antara lengket hingar
saat persimpangan siang dan malam
menjatuhkan rumrumnya padamu
meski tak benar benar mengalir
arus yang dimekarkan persepsi
ragam ideologi berkata kata teramat lantang
lewat mulut mulut netizen
yang kesurupan arwah masa depan
berdesingan planet hunian baru
mengorbit di kepala yang migrain
propaganda migrasi dan eksodus
simulasi halus dan eksotis
kau tak cerita siklus budaya
tapi kau hafal tentang rantai makanan
coba baca dulu buku filsafat dekonstruksi
yang ada di halaman kesangsian
lalu segera setubuhi aku, sepuasmu
hingga kita bersama sama
meledak dalam geliat basah absurditas
Bekasi, 22 Agustus 2021
Kuasa Hiper Realitas dan Sajak Sajak Tak Terbaca
sinyal sinyal menjelma jaring niskala
memerangkap para perunut puisi
dalam nyaman selimut hidup internet
yang selalu hangat dan berdenyut
dan dengan berkali lonjak interval
terus kirimkan gelinjang gelombang kejut
simtom simtom futuristis mengalir ke pembuluh
yang telah menjadi kanal adaptif
bagi kerja zaman dengan program inkubasi
bermacam simulasi lewat satuan pecahan detik
demikian renik dan banyak pernik
membanjir kode, simbol, emotikon, foto, video
kegenitan genital visual yang wow
gesit merangsek ke lingkar mata
memaksa untuk dipandang sekilas
piawai memangkas jarak dan tak ada yang tertunda
dengan cetus harum momentum
begitu getol mengisi dengan riuh selebrasi
lalu menjelma spektakel spektrum
pendaran hablur yang membekaskan
panggilan gegas menggila berhambur warna
tak sisakan ruang bagi karib percakapan
juga pilihan majas, diksi dan notifikasi bagi nostalgia
terngiang ucapan slogan teramat sopan
eufemistis yang pancarkan adiksi mistis
di antara gambar gambar pemancing gembira
“kita selalu bertemu dan bersama
sebagai sesama warga kampung dunia”
di belakangnya tampak lamat lamat tanda tanya
paradoks yang hendak disamarkan munculnya
Bekasi, 15 September 2021
Budhi Setyawan, atau yang lebih akrab dipanggil “Buset”, kelahiran Purworejo, 9 Agustus 1969. Mengelola komunitas Forum Sastra Bekasi (FSB) dan Kelas Puisi Bekasi (KPB). Selain koleksi buku puisi, sebagai pencinta musik, ia juga koleksi kaset album musik, terutama musik rock dan jazz. Saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Blog: https://budhisetyawan.wordpress.com, akun Instagram: busetpurworejo.