Perahu Telah Jauh Berlayar

Puisi-puisi: Eddy Pranata PNP

___________________________________________________________________

PERAHU TELAH JAUH BERLAYAR
— adri sandra —

dan cuaca bertarung dengan tebing karang, perahu meluncur
dilambung-lambung gelombang
: “serabut usia bersimbiosis dengan gemerlap rembulan!”

sorot mata berkaca-kaca, edelweis remuk dalam genggaman
perahu telah jauh berlayar
bertahun menerabas sunyi laut, kabut, angin asin deras berkesiur,
dan cahaya cinta yang hilang
: “masa silam kita simpan dan kita nyalakan di bilik sejarah rahasia!”

———————————-

Lukisan: Madina Al Naima

———————————-

mata-jiwa mengerjap perih
di tanah darat perjalanan berbatu, berliku-liku
ada ribuan cemas
kehilangan jiwa paling setia

tangan waktu memanjang
membuhul jarak masa lalu
dengan tali simpul maut

seribu cerita
seribu kecupan
menjelma kubangan air mata
doa paling wangi dihilirkan
: “lukisan camar patah kedua sayapnya di dinding
perahu kian berlumut!”

o, bilah-bilah sunyi
bergemeretap di antara riak gelombang, serbuk edelweis
taburkan ke liang luka, perahu kian jauh berlayar, o, kesetiaan!
: “dalam bilik sejarah, ini kisah kasih
serupa irisan sembilu!”

engkau tinggalkan seribu cerita
engkau berikan seribu kecupan
di rimbun gemerlap rembulan
perahu kian jauh berlayar
: “kesetiaan berlumur air mata.”

Jaspinka, 17 Januari 2022

 

MERCUSUAR BUKIT LAMPU

sejauh-jauh batas pandang
ke arah selatan adalah hampar laut
pulau katang-katang dan pulau karsik
ke barat; pelabuhan teluk bayur
kapal-kapal bersandar dan berlabuh, perahu dan sampan-
sampan juga nelayan membawa ikan ke pasar gaung
ke timur; pelabuhan tempat pelelangan ikan bungus
ke utara; stasiun radio pantai– di belakangnya bukit-
bukit berbatu menjulang
di bawah mercusuar, di sepanjang jalan mendaki, lepau-
lepau tempat minum kopi atau teh-telur dan main domino
juga batu besar tempat mencatat kisah
setiap gelombang laut, setiap matahari menerpa, setiap
rembulan membasuh, adalah getaran rindu, betapa dada
bergemuruh: hidup kian lebih berarti bersama baris-baris puisi

: “aku mau hidup seperti sorot mercusuar, ikhlas menerangi
kegelapan laut!”

aku yakin, chin, engkau ingin berumah di sekitar menara
mercusuar, agar leluasa memelihara cinta pada laut, pada bukit
pada batu-batu besar, pada jalan menikung-mendaki, pada
lepau-lepau kopi, pada segalanya yang membuat dada bergemuruh

: “pagi-pagi sekali, turun dari bawah menara mercusuar
ke lobang jepang; meriam dan selongsong peluru, ini
sejarah telah berkarat!”

selalu saja dada bergemuruh
di bawah menara mercusuar bukit lampu
seribu puisi dan kenangan jingga
berdenyar sepanjang waktu!

Jaspinka, 18 Desember 2021

 

SETELAH KELUAR DARI FITTING ROOM JONAS PHOTO

musik country masih terus menggema, ruangan dingin
antrian mengular
orang-orang menepis gelisah
sesekali mematut diri
di luar gerimis melebat
langkah yang tegak
dada berbunga
musik country kian keras
setelah keluar dari fitting room
jonas photo bandung
penuh debar
ke dalam studio 04
tersenyum, bergaya
dan tertawa
sejarah kecil diukir
musik country masih berdentam
salam kasih, selamat malam
: “hai, dilarang menangis dalam studio!”
seseorang meremas jemarinya
menyimpan gemuruh rindu
di dalam studio
udara begitu dingin
: “pandangan ke kamera, jangan menangis!”

chyizsss…

Bandung, 11 Desember 2021

 

 

SUARASUARA DI KEJAUHAN

engkau tulis kisah-kisah di ruang terbuka
dengan bahasa yang sangat mudah dicerna
: “tak ada rahasia yang harus dipelihara,
segalanya mengalir begitu saja, apa adanya”

kain sarung pudar warna dan sajadah lusuh
menyatu dalam setiap waktu sujud
engkau beri seluruh hati atas nama ayat kasih
pada langit dan bumi, juga kesiur angin

suara-suara
di kejauhan
serupa dendang rindu
pada percik masa lalu
yang ungu

: “duduk menulis sajak, tegak mengukur jejak!”

engkau ukir dinding hari
dengan kesabaran
dengan keikhlasan
engkau pungut setiap serpih yang jatuh
dari pohon kebaikan
dada tipismu bercahaya

engkau ke laut
meraba tebing karang
seraya terus berzikir
: “ini ombak menjadikan gelombang
yang tak henti-henti melambungkan kesetiaan
pada geriap hidup yang asin!”

suara-suara di kejauhan
adalah puji-pujian
pada kebesaran Tuhan

engkau sujud
sedalam-dalamnya
hingga berlinang air mata
: “akulah musafir yang fakir!”

Jaspinka, 24 November 2021

 

Eddy Pranata PNP— adalah Ketua Jaspinka (Jaringan Satra Pinggir Kali) Cirebah, Banyumas Barat, Indonesia. Juara 3 Lomba Cipta Pusi FB Hari Puisi Indonesia 2020, meraih anugerah Puisi Umum Terbaik Lomba Cipta Puisi tahun 2019 yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Yayasan Hari Puisi Indonesia. Nomine Penghargaan Sastra Litera tahun 2017, 2018, 2019, dan 2021.
Buku kumpulan puisi tunggalnya: Improvisasi Sunyi (1997), Sajaksajak Perih Berhamburan di Udara (2012), Bila Jasadku Kaumasukkan ke Liang Kubur (2015), Ombak Menjilat Runcing Karang (2016), Abadi dalam Puisi (2017), Jejak Matahari Ombak Cahaya (2019), Tembilang (2021).

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

three + 3 =