PUISI 

DI TIDURMU, APAKAH AKU JADI MIMPI?

Puisi-puisi Dhea Lintang Wengi

___________________________________________________________________

 

DI TIDURMU, APAKAH AKU JADI MIMPI?

 

Malam adalah rutinitas,
Dan aku menunggu jadi lebur.

Pukul dua pagi, kita menanggalkan seluruhnya.
Terjaga lebih lama untuk terlelap lebih panjang.

Kita berlarian seperti dua anak kecil,
Lalu kelelahan tapi enggan beristirahat.

Pukul empat pagi,
Matamu terlelap—dalam sekali.
Aku menemukan banyak hal lain,
Termasuk kecemasan.

*Serang, Juli 2022*

 

 

TIGA MUSIM YANG KUHADIAHKAN

*i/*
Pagi ini, pagi yang seperti pada umumnya.
Pagi yang terlepas tanpa ditunggu,
Pagi yang Senin – pagi yang Sabtu,
Bergegas meninggalkan tanpa secangkir kopi.

Sembari mengenang, apakah kita pernah menggebu dan merindu?
“Sepertinya pernah, mungkin sering—dan kini sesekali.”

Namun cintaku, cukupkah kita merawat puisi lewat pagi yang abai?

*ii/*
Siang yang menyengat diantara kesedihan,
Kuulang-ulang kalimat “Salam sejahtera bagi kita semua.”
Bagaimana denganmu?
Apakah kesejahteraan dan kebahagiaan adalah berdua?
Atau yang sendiri-sendiri?

Aku ingin ingatan yang lebih panjang,
Yang berjejal-sesak,
Dan bergegas pulang menemuiku di halaman.

*iii/*
Pada malam yang jika kusebut namanya,
Membuka kekosongan baru.

Penuhilah kosong itu dengan keempat telaga mata penyair.

Namun jangan pandang dirimu sendiri,
Tataplah aku sebagai penderitaan, atau kebahagian, atau keduanya.

Dan katakan tak ada perempuan lain yang menyakitimu melebihi aku.

*Serang, Juli 2022*

 

 

 

 

 

 

 

PANGGUNG YANG TERBUKA, TEMPATKU BERCERITA

Bagi siapa saja yang bertanya padamu,
Katakan aku adalah perempuan yang setia seperti takdir Tuhan.

Di depan pintu, dengan penuh penghambaan,
Kedua tangan terbuka menyambutmu dengan perayaan.

Jika bosan, tak perlu saling bicara.
Bagaimana harimu? Aku tak akan bertanya.
Pulang dan rebahlah saja.

Cukuplah aku jadi sunyi yang kau rindukan dalam diam.
Di tiap-tiap malam, aku akan mencintaimu lagi,
Sebuah cinta yang ikhlas—seperti igauan pertama di malam pertama.

Kepadaku
Kau boleh melakukan apapun,
Terhadapku
Kau boleh menganggap apapun,

*Serang, Juli 2022*

Related posts

Leave a Comment

17 + sixteen =