POEM PUISI 

API UNGGUN MENUJU MUSIM-MUSIM

Puisi-puisi: Riska Widiana ___________________________________________________________________

 

API UNGGUN

Sebagai penanda hidup
Bagi seorang tersesat dalam rimba
Dengan kematian di setiap sudut
Nyala api dari kayu-kayu
Adalah detak jantung seseorang

Sedang bertahan dari napas ke napas
Berlari di bawah matahari
Memburu jam berderit di dadanya
Semakin lama akan jadi jurang
Memisahkan hidupnya

Riau, 2022

 

MENUJU MUSIMMUSIM

Kau tabahkan segenap hatimu
Sementara seumpama bulan
Menyimpan tubuhnya dalam awan
Setelah retak bagai kaca

Mengumpulkan sinar demi sinar terlanjur padam
Menuju musim selanjutnya
Membawa nasib perjalanan
Setelah patah layar

Sumbu yang padam
Bukan berarti membiarkan gelap
Mendiami dadamu selamanya
Masih ada percikan dari nyala lain
Kumpulkanlah sedikit demi sedikit
Nyala yang terlanjur padam

Jangan berhenti di satu arus
Jika aliran itu membuat sesak
Masih ada empat mata musim dilahirkan
Tak mungkin mendung terus menerus membasahi matamu
Kelak akan ada matahari bersinar cemerlang

Di setiap sisi laut lepas
Akan ada tepian
Dari sudut mana pun
Meski kau bayangkan ia tak mampu mengantar
Tubuhmu yang terombang-ambing

Riau, 2022

 

DAPUR IBU DAN LAUT BAPAK

Bau asap dan kayu bakar
Menyentuh wajah tua perempuan itu
Disekanya keringat sebesar jagung
Meniup bara dari ujung bambu

Jangan sampai api padam
Meski letih meniup bara di mata ibu
Cekung wajahnya
Bermacam harapan tersimpan
Kekuatan napas bagi anak-anaknya

Ia menanak kasih dan cintanya
Dengan takaran pas, ke wadah kuali tua
Sudah menghitam diwarnai asap
Dari musim ke musim

Di tepi sungai
Bapak bertarung gemuruh
Menerka nasib apa tersangkut di jala
Biar pulang melihat matahari bersinar
Di bibir anak dan istrinya

Meski laut sering kali meminta nyawa
Untuk ditukar dengan keberuntungan didapat
Tapi bapak tak takut
Antara dapur Ibu dan laut bapak
Saling berdetak seirama

Bila haluan sampai menepi di jerambah kayu
Dapur ibu akan mengepul
Anak-anak dan hidup mereka
Bersambung dari buhul ke buhul

Riau, 2022

 

 

Riska Widiana, lahir pada 25 November 1997. Berdomisili di Kabupaten Indragiri Hilir. Tergabung ke dalam komunitas menulis, Kepul (kelas puisi alit) dan kelas menulis bagi pemula. (FB) Pensyair Berkarya. (DSI) Diskusi Sahabat Inspirasi dam Sastra Indonesia.

Karyanya pernah termuat ke dalam media cetak seperti kompas, Pontianak post, cemerlang waspada (Medan), Nusa Bali, Balai Bahasa Bangka Belitung, Koran Merapi, Suara Sarawak (Malaysia), Harian sinar Indonesia Baru, Radar Madiun, Malut post, Majalah elipsis, Majalah Semesta seni, Majalah Hadila, BMR FOX Dll. Juga media online seperti Magrib id. Cendana news, Barisan.co. Maca Web. Bali politika, Uma Kalada News, Metafor Id. Dunia santri, Tiras times, DLL.

Juga terbit di beberapa antologi dan buku tunggal.

Related posts

Leave a Comment

18 − two =