Mengambil Luka di Langit
Puisi-puisi: Nandy Pratama ____________________________________________________________________
Mengambil Luka di Langit
Hujan tiba di pelukan malam
sedang langit tak benar-benar tahu caranya untuk pulang
Pada tangisan anak kecil darah telah berubah menjadi dewasa
Melukai hati sendiri ; diantara senyuman, pelukan dan ciuman
Kau adalah hujan pukul 6 sore yang selalu berkata “ aku tidak apa-apa “
Kata-kata dalam puisi ini menyembunyikan
kemarahan pada kesendiriannya
Memesan lukisan di dinding kamar
Kelak masa depan bersedih sebab lukisanku
hanya menggambarkan garis-garis berwarna hitam dan putih.
Semua nama menuliskan pikirannya masing-masing
memeluk kata cinta yang tak tahu kapan bisa tertawa
Ternate, 10 Maret 2021
Tumbuh dalam Kenyataan
Pada akhirnya setiap hembusan angin dikoyak malam hari
saat hujan dibungkus kado kerelaan
Aku dan kamu tak pernah tahu kapan cinta harus dipulangkan
kerelaan yang mengantarkan kita sesaat sebelum abadi bertemu kesadaran
Rindu telah melebur menjadi ketidakberdayaan yang syahdu
Sering kuceritakan tentang hadirmu yang sedang menabung awan
tidakkah bisa sekali saja kita menepi
di sunyi yang paling sepi
untuk bicara antara dua bola mata
Siapa saja yang telah menyia-nyiakan air mata
Seandainya hujan di malam hari tak dibawa oleh geremis
Niscaya kamu akan keluar di depan gerbang
lalu menengadah sambil menghancurkan
Ternate, 18 September 2021
Nandy Pratama, lahir pada tanggal 15 Februari 1997. Seorang terapis kesehatan sekaligus penyair dengan nama penanya Ternate Di Ujung Pena. Giat menulis telah ditekuni sejak masih SMP baik itu yang berupa cerpen ataupun puisi. Beberapa prestasi yang pernah diraih di antaranya pernah menjadi juara 2 lomba cipta puisi, 50 penulis terbaik, 100 penulis termuda.
Telah menulis 2 buah buku puisi yang berjudul Terjebak Puisi dan Ina. Pada tahun 2019-2022 berkesempatan menjadi juri lomba cipta dan baca puisi yang diadakan secara online. Fb : Pratama Matali