PERISTIWA 

Remmy: Simpanlah Karya pada Media Cetak, Bukan Media Digital

JAKARTA (Litera) – Teknologi digital memang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan cepat. Namun, belum tentu menjamin keamanan penyimpanan karya. Karena itu, simpanlah karya pada media cetak, bukan pada media digital.

Hal tersebut ditegaskan oleh Remmy Novaris DM saat menutup rangkaian diskusi sastra Meja Panjang di Lantai 5, Gedung Ali Sadikin, Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM), belum lama ini.

Diskusi mengambil tema “Peran Sastra pada Jurnalistik dan Peran Jurnalistik pada Sastra”. Menurutnya, itulah alasan yang melatarbelakangi mengapa saya menyelenggarakan diskusi sastra Meja Panjang pada hari itu.

Diskusi menghadirkan pembicara utama Hendry Ch. Bangun (ketua umum PWI Pusat), Yusuf Susilo Hartono (sastrawan, perupa, wartawan), dan Mustaf Ismail (wartawan, sastrawan), dengan moderator Rita Sri Hastuti (Pengurus PWI Pusat) dan Nanang R. Supriyatin.

Menurut Remmy Novaris DM yang juga adalah Ketua Dapur Sastra Jakarta (DSJ), setiap tahu softwar dan hardware berganti. “Tiap tahun kita harus up date software, ganti sparepart, jika kita ingin data tidak rusak atau hilang,” katanya lagi.

Untuk menggantipun pun cukup mahal dan harus bayar. Apalagi kalau kita buat dalam program-program visual yang aplikasinya pada saat ini sangat beragam.

Menurut Remmy Novaris DM, jenis aplikasi yang berbeda belum tentu dapat digunakan untuk aplikasi lainnya. “Akibatnya apa yang sudah kita buat akhirnya hilang,” ucap pemilik penerbitan Teras Budaya Jakarta ini.

Jadi, lanjutnya, ada baiknya tetap menyimpannya dalam media cetak. “Resikonya hanya pada gangguan rayap dan ruang penyimpanan,” pungkasnya.

Diskusi Sastra Meja Panjang dengan tema “Peran Sastra Pada Jurnalistik dan Peran Jurnalistik pada Sastra” berlangsung di Lantai 5, Gedung Ali Sadikin, TIM, Jalarta.  @ Kontributor: Lasman Simanjuntak

 

 

Related posts

Leave a Comment

17 − eight =