puisi 

Puisi-Puisi Wahyu Gandi G

Wahyu Gandi G, mahasiswa kelahiran April 1996. Sementara belajar di jurusan Sastra UNM Makassar. Menulis Puisi dan Prosa, serta pembaca buku non fiksi yang sedikit malas. Karya-karyanya (Telapak Tangan & Jatuh Cinta 2015) dapat dibaca di beberapa tempat—dan media Indonesia. Dapat disapa lewat surel wahyugandi8@gmail.com atau @sajaklalu

 

Agape

 

Jika aku pulang dan mataku gagal

menembus kenyataan dengan menutup mata,

Masihkah telapak tanganmu terampil

memeluk kepergianku yang selanjutnya,

atau menolak tubuhku mengalir ke tubuh

sungai-sungai tak berbatu tak berhilir

 

Aku yakin angin yang bersarang dalam dadamu

Memilih membawamu ke pembulu kamarku.

Sungguh, ia ingin berkunjung dan menanyakan

Kepada sebuah persimpangan antara

Dada dan kepalamu yang rawan

 

Di dalam aliran sungai terdapat racau,

Hanya diam, menahan angin dan irama

Ingatan yang belum tiba ke hilir

Aku menaruh semesta di kedua matamu,

Sebagai isyarat kepastian cinta

Yang mudah pergi dan ada lagi

 

(2016)

 

Kopi Philia

 

Kepada kedua bibirmu di malam itu,

Malam serupa kopi yang beraroma

kelam , kau dan aku saling tenggelam

di atas tempat tidur baru pemberian ayah.

Kopi dan bibirmu bertemu sesekali

menemani bibirku mengungkit masa-masa

pahit di seberang jalan yang penuh kecemasan.

Kau mengganti pahitku dengan bibirmu

Serupa gula mencintai rasa pahit pada

cawan-cawan antik milik nenek dan kakek.

Pesan ayah, jadilah kopi yang tak pernah malu

bahwa ia gelap, hitam dan kelam.

Namun jujur menolong perasaan.

 

(2016)

 

Motor Tua

 

perjalanan ini dekat, menjauhlah kepada

jalan-jalan jahanam dalam nyata

pergi ke pangkal tua, jatuh ke dalam

janji-janji masa muda yang keji.

sepintas mata kita duduk diantara

bantalan-bantalan lama, besi tua hingga lupa

menganggap kita pernah menyebut alusi

tentang sepasang kekasih yang lupa berjalan.

 

duduklah—dan waktu akan mengantar aku

seperti motor tua ini, ke mana mimpi pernah

membangunkanmu di tengah-tengah kedua lengan

yang kau anggap aku. di belakang—selama nafasmu

berumah di sukma dan jiwaku. aku hendak pergi jauh

dengan kau yang terasa panjang untuk

kukenali lagi.

 

2016

 

 

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

two × 3 =