Berita 

Semarak Anugrah Sastra Litera 2017

Litera.co.id (Tangerang Selatan)- Hari Anugrah Sastra Litera 2017 yang digelar hari Jumat (28/4) di Resto Kampung Anggrek Buaran, Serpong, Tangerang Selatan berjalan meriah. Banyak sastrawan, pelaku seni, pelajar dan mahasiswa menghadiri acara yang diadakan oleh portal sastra Litera.co.id tersebut. Kalangan sastrawan yang hadir tidak hanya berasal dari kota Tangerang Selatan saja tetapi datang juga dari beberapa kota sekitar. Nampak hadir pula beberapa rekan pemerhati sastra dari PDS HB Jassin.

Acara yang dimulai tepat pukul 14.30 tersebut diawali dengan sambutan panitia yang disampaikan oleh Mustafa Ismail. Dalam sambutannya penyair kelahiran Aceh tersebut memberi apresiasi tinggi pada kalangan yang hadir. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemutaran film pendek karya sastrawan muda Tangerang Nana Sastrawan yang berjudul “Elegi Penyair”. Acara yang dipandu oleh MC Andy Lesmana dan Zhevita Hariyani makin ramai dikunjungi para pengunjung saat hari makin sore.

Seusai pemutaran film, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Ahmadun Yosi Herfanda selaku ketua Lembaga Literasi Indonesia yang membawahi portal sastra Litera.co.id. Pemotongan tumpeng ini menandai tepat 1 tahun usia portal sastra ini sejak diluncurkan bulan April tahun lalu. Anugrah Sastra Litera 2017 digelar tanggal 28 April kemarin, selain mengambil momentum hari lahir portal sastra ini, juga bertepatan dengan hari wafatnya penyair Chairil Anwar.

Berikutnya adalah pengumuman pemenang Anugrah Sastra Litera 2017. Ada 23 nama nominee yang masuk. Nominee ditentukan berdasarkan hasil seleksi ulang dari karya-karya baik puisi atau cerpen yang pernah tayang di portal sastra Litera sepanjang 2016. Seleksi ini sendiri dilakukan oleh tim kurator yang terdiri dari Ahmadun Yosi Herfanda, Mustafa Ismail, dan Mahrus Prihany selama tiga bulan secara maraton dari bulan Januari-Maret. 23 nama tersebut terdiri dari 12 penyair dan 11 cerpenis. Para nominee tersebut tersebar dari hampir seluruh wilayah di Indonesia. Panitia Anugrah Sastra Litera sendiri telah mengumumkan 23 nama nominee tersebut secara terbuka dan mengundang para nominee untuk bisa hadir di acara anugrah ini. Dari nama-nama nominee tersebut, tim kurator lalu memilih dan menilai 4 puisi dan 4 cerpen dengan kategori penulis puisi terpuji dan penulis cerpen terpuji. Dipilih pula 1 penulis puisi terbaik dan 1 penulis cerpen terbaik dan berhak mendapatkan anugrah dari Litera. Pemilihan pemenang tersebut sesungguhnya sudah ditentukan oleh tim kurator sejak awal April, momentum anugrah sastra Litera dipilih untuk mengumumkan secara terbuka. Seluruh Nominee mendapatkan piagam dan buku antologi puisi dan cerpen yang berasal dari karya-karya mereka sendiri.

“Bagi para nominee yang tidak hadir, panitia akan mengirimkan piagam dan buku pada mereka. Kami memahami bagi mereka yang tak bisa datang karena tempat yang jauh dan panitia tidak bisa menyediakan transport dan akomodasi untuk acara anugrah ini,” terang Mustafa Ismail.

Selain mengumumkan nominee yang berhak mendapat hadiah, Ahmadun Yosi Herfanda sebagai pemimpin redaksi dan pemimpin umum Litera juga meluncurkan buku antologi puisi dan cerpen Litera yang kemudian diserahkan pada para nominee yang hadir selain tentu saja diserahkan pada beberapa pihak yang dianggap peduli dan memiliki perhatian pada dunia sastra dan pengembangan literasi Indonesia.

“Litera berencana ingin mengadakan ajang anugrah sastra litera ini sebagai ajang tahunan sebagai bentuk apresiasi pada penulis puisi dan cerpen, atau jika mungkin pengirim esai karena litera belum bisa memberi honorarium yang memadai bagi mereka. Ajang anugrah ini sebagai gantinya,” tutur Ahmadun Yosi Herfanda di sela peluncuran buku antologi litera.

Selepas pengumuman dan peluncuran buku antologi puisi dan cerpen litera, acara dilanjutkan dengan diskusi sastra dengan tema “Migrasi Sastra ke Ruang Maya” dengan pembicara Maman S. Mahayana, Rida K Liamsi, dan Hasan Aspahani yang dimoderatori oleh Handoko F Zainsam. Pengunjung terlihat sangat antusias mengikuti laju diskusi terlebih tema yang dibahas secara berkebetulan adala topik yang sedang memanas belakangan ini. Bincang sastra ini berjalan selama dua jam.

Acara kemudian berlanjut dengan pertunjukan sastra yang menghadirkan presiden penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri. Usia tak mempengaruhi penyair kelahiran 1941 ini. Sutardji tampil sangat memukau. Bahkan banyak audiens dengan setia sengaja menunggu penampilan penyair yang kini sering dipanggil mbah Tardji ini. Acara sempat terhenti karena waktu telah memasuki masa magrib. Panitia memberi waktu selama 15 menit bagi para pengunjung yang menunaikan salat magrib terlebih dahulu. Slamet Widodo tampil menggelitik dengan puisi politik irit katanya. Asrizal Nur juga tampil dengan sangat memukau didampingi oleh Agus Grave yang memainkan gesekan biolanya. Para pengunjung yang masih bertahan mengikuti dengan antusias hingga acara ditutup pukul 19.00 dengan doa penutup oleh sastrawan Humam S Chudori. Acara yang didukung oleh Bakti Budaya dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ini masih berlanjut dengan bincang santai dan saling berbagi. (MP)

Related posts

Leave a Comment

seventeen − twelve =