puisi 

Puisi Arif Hukmi

Arif Hukmi, lahir di Bombana, Sulawesi Tenggara 10 Desember 1994, belajar di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Makassar. Lebih menyukai puisi daripada skripsi. Beberapa karya puisinya termuat dalam antologi di antaranya: Kuta Dalam Kata-Kata (Kekata Grup, 2017), Nyala Puisi (Kekata Grup,2017), Puisi Bumi ( FAM Publshing, 2017), Merayakan Puisi (Kekata Grup, 2017), Kata-Kata Yang Tak Menua (Garis Khatulistiwa, 2017) , Hikayat Secangkir Rebusta (Siger Publshing, 2017), Tentang Yang (Garis Khatulistiwa, 2017), Kata Harus Dibaca (2017). Saat ini sedang menyusun manuskrip puisinya.

 

Riattang

 

Teluk menemukan segala

asal dan upaya

hingga kau menyeberangi pulau jauh

 

Laut selatan begitu ranum

kau menghirup setiap waktu

ikan-ikan berenang

katinting hilir mudik

di Teluk Bone yang berarus kuyu

 

di laut keangkuhan terbunuh begitu dalam

di antara syahbandar dan nahkoda

 

“begitu dekat—Bajoe di tubuhmu, sayangku”, katamu

 

Riattang barat dan riattang timur memisahkan jarak yang belanggu

tidak ada keluh

antara angin dan dermaga

antara sungai dan teluk

antara kau dan keangkuhan masa lalu

Sungguh waktu tidak benar-benar sempit untuk saling menemukan

jarak hanya skenario yang belum selesai dilakonkan

 

Apa lagi yang mesti disesali ?

berlayarlah cintaku

dengan sepenuh hati

temui aku di Lambasina sebelum pagi mengunci

 

Makassar, 2017

 

 

Rilauu

 

Sebelum kapal tiba di dermaga

bergegaslah

 

sebelum laut menikam maut

setelah mulut-mulut menusuk rusuk

antarlah

 

dermaga begitu sibuk menjembatani petualang-petualang ke seberang

pukul 04:00 pagi, udara Bajoe begitu lembut menusuk

kau menuruni satu persatu anak tangga

menyelinap di antara orang-orang yang tidak saling memedulikan

juga bau amis laut yang sesekali kau hirup

bau knalpot-knalpot truk yang busuk

 

Rilau—laut begitu samar

hanya kelopak bunga atau tangisan bayi yang mengharap restu semesta

yang sibuk—saling mencaci

ia lupa, bahwa mencuci lebih baik dari segala-segala

 

Makassar, 2017

 

 

Related posts

Leave a Comment

twenty − nine =