Puisi-puisi Nuriman N. Bayan
Nuriman N. Bayan atau lebih dikenal dengan Abi N. Bayan lahir di desa Supu Kec. Loloda Utara, Kab. Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara 14 September 1990. Anak dari Hi. Naser Dano Bayan dan Rasiba Nabiu. Saat ini dipercayakan sebagai Pembina Komunitas Parlemen Jalanan Maluku Utara (Komunitas Teater) dan Komunitas Penulis Tepi. Karya-karyanya dipublikasikan di media daring dan terbit di beberapa surat kabar serta tergabung dalam antologi bersama di antaranya: Kita Halmahera: Kitab Puisi Penyair Maluku Utara (2017), Embun-Embun Puisi (2017), Mengunyah Geram: Seratus Puisi Melawan Korupsi (2017), Senyuman Lembah Ijen (2017), Negeri Bahari (2017), Rumah Seribu Jendela (2017) dll. Kini tinggal di Morotai (sebagai guru di MAS Nurul Huda Gotalamo).
Di Halmahera Hujan Turun Berkejaran
Barangkali kau ingat subuh itu
ketika kota dan rumah-rumah tertidur
di halmahera hujan turun berkejar-kejaran
sedang tidore dan maitara dibalut sepi-
laut sedemikian sunyi
sementara doa. tak henti-henti beradu
dalam dada dan mulut kita.
Selepas adzan, kita lepas segala
di tiang pelabuhan. kita ringkih
di antara rintik yang bukan sekadar rintik.
Barangkali kau juga ingat
ketik terik di ubun-ubun
dalam kerumunan itu
wajah-wajah menyala-
tapi ayah tidak sedang menyalakan api
dan ibu begitu kuat, menahan gelombang
sedangkan kita hanyut dalam deras air mata.
Ternate, 29 Oktober 2017.
Musim Musim yang Alpa
Di kota ini aku telah jauh meninggalkanmu
melupakan segala kenangan tentang kita
padahal malam berkali-kali kutidurkan dalam dada
dan matahari hanya bisa hidup dalam mimpi-mimpi.
Setiap waktu kuhadirkan engkau dalam baris-baris sunyi
padahal sejatinya aku belum pantas berbicara dalam kata-kata
betapa lalainya aku. ketika orang-orang melayat menemuimu
aku berpaling dan terbaring di awan-awan-
melayang bagai layangan. padahal aku tahu
engkau kekasihku. sepanjang waktu menyayangiku
bahkan tak pernah menolak. meski aku terus berpaling.
Aku ingin kembali ke pangkumu. menulis kisah-kisah dahulu
tersenyum dengan senyum yang benar-benar senyum
tertawa dengan tawa yang benar-benar tawa
menangis dengan tangis yang benar-benar tangis.
Aku ingin memelukmu
menciummu dalam diam
merabamu dalam doa
tak ingin ada lagi musim yang alpa.
Ternate, 06 Desember 2017.
Jalan Jalan yang Mengalir
Gelisahmu adalah hujan
menapaki tanah-tanah kering
menggenangi setapak kota
ke ruang ruang yang basah.
Ia datang. benar-benar datang
merupa cahaya. tangannya
diam-diam. sangat diam-diam-
tapi kau, tak ingin ada mata lain
selain lelaki jauh-
dari Gamalama
angin menyimbak rambutmu
“sejatinya yang pergi adalah yang datang”
-sementara riuh mobil
terus melaju, ke malam-malam hujan
ke jalan-jalan yang mengalir
entah, kau bilang menuju ke rumah kesedihan.
Ternate, 28 Desember 2017.