Berita 

Buku Antologi Puisi Guru Terbanyak Raih Rekor MURI

JAKARTA (Litera.co.id) – Dalam rangka memeriahkan Hari Puisi Indonesia 2018, gerakan 1000 guru Asean menulis puisi yang digagas oleh Asrizal Nur bersama Tim Kurator telah melalui proses panjang dan kini tengah dilakukan persiapan acara peluncuran yang akan digelar di Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, pada tanggal 24 September 2018, mulai pukul 16.00 – 17.00 WIB (Parade Puisi), sesi acara puncak pada pukul 19.30 – 22.00 WIB.

Buku antologi puisi yang memuat karya para guru dan dosen dari tiga negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam ini sangat digadang-gadang sebab telah memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) dalam kategori Antologi Puisi oleh Guru Terbanyak yang berjudul Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu.

Dalam endorsement, Sutardji Calzoum Bachri menyebutkan bahwa guru adalah jembatan dan juru penerang pertama dalam apresiasi sastra bagi para siswanya. Para guru mencicipi karya sastra dan mencicipi (baca: menghayati) sejarah kesusasteraan dan memperkenalkan cicipan/selera (apresiasi) mereka kepada para siswa, sebagai bandingan atau masukan bagi selera/apresiasi awal yang telah ada atau yang mungkin ada dari para siswa. Dengan demikian minat dan apresiasi sastra siswa diharapkan bisa diperkaya atau terbangkitkan.

Puisi bukan hanya milik penyair, penyair bertugas mencipta puisi dan masyarakat luaslah yang akan menikmati dan membaca puisi itu. Semakin banyak masyarakat membaca puisi karya penyair tersebut maka semakin besar pulalah manfaat puisi.

Oleh karena itu ruang bagi keberadaan puisi mesti dibuka seluas-luasnya, sangat tidak efektif jika puisi hanya dikenal di kalangan penyair saja, penyair membaca puisi yang hadir dan yang menonton juga penyair, penyair menulis puisi dan melahirkan antologi buku puisi yang baca juga penyair, sehingga menyebabkan puisi tidak bergerak, penyair semakin tidak dikenal oleh masyarakat bahkan lambat-laun bisa saja dilupakan, bahkan lebih gawat lagi karya puisi dianggap tidak penting lagi lalu perlahan hilang dari kebudayaan masyarakat dan menjadi kenangan belaka.

Puisi sebagai karya seni yang adiluhung, tidak saja dapat meningkatkan kecerdasan bangsa tetapi juga memberikan motivasi, penyadaran dan pencerahaan yang muaranya memperkuat karakter bangsa. Oleh karena itu aktifitas puisi mesti terus digerakkan dengan segala upaya, diantaranya merayakan Hari Puisi Indonesia 2018 ini dengan melibatkan guru.

“Buku antologi ini terwujud karena adanya apresiasi yang tinggi dan respons positif dari para guru dan dosen sehingga gerakan ini berdampak terhadap guru dan dosen untuk terus berkarya,” ucap Asrizal Nur.

Oleh karena itulah, Perkumpulan Rumah Seni Asnur membuat terobosan dan gagasan gerakan akbar Guru Asean menulis Puisi. Mengajak guru-guru menulis puisi sebagai awal dari usaha menggerakkan puisi di sekolah. Bermula dari kegiatan penerbitan buku Antologi Puisi Guru “Musafir Ilmu” yang diikuti oleh 97 peserta dari Indonesia , Malaysia, Singapura dan diluncurkan dengan pembacaan dan workshop puisi pada tanggal 26 Mei 2018 di Theater Studio Rumah Seni Asnur, Depok. Diikuti antusias oleh guru, kegiatan tidak saja memotivasi guru berkarya tetapi juga berdampak pada martabat guru di sekolah ketika puisi-puisi mereka yang ada di dalam buku tersebut dibaca oleh Kepala Sekolah, teman-teman guru hingga murid-muridnya. Menjadi karya emas yang tersusun di rak-rak buku sekolah terpampang karya mereka. Makanya setelah kegiatan ini berhasil terlaksana, guru-guru yang terlambat mengirimkan puisinya atau yang telat mendengar kegiatan antologi puisi guru ini termotivasi pula untuk ikut serta kegiatan serupa berikutnya, para guru bahagia dan sangat antusias ketika mendengar bahwa Perkumpulan Rumah Seni Asnur kembali menyelanggarakan acara serupa terlebih dengan kegiatan lebih besar lagi.

Sama seperti kegiatan Pentas Puisi dan Penerbitan Antologi Puisi Guru “Musafir Ilmu”, Gerakan Akbar 1000 Guru Menulis Puisi dilaksanakan dengan semangat gotong royong dan mandiri. Kali ini setiap peserta berkontribusi dengan biaya Rp 250.000,- pada mula kompensasinya hanya mendapat 1 buku Antologi puisi setebal 1000 halaman dan sertifikat dari penyelenggara, namun dalam proses perjalanan gerakan acara ini berkembang, peserta tidak saja dapat 1 buku mewah setebal 1000 halaman dengan kata pengantar oleh Kritikus Sastera Indonesia Maman S. Mahayana dan endorsment dari para penyair nasional antara lain Sutrdji Calzoum Bachri, Rida K Liamsi, Hasan Aspahani, Sofyan RH Zaid dan Syarif Bando (Kepala Perpustaakan Nasional) dan Diki Lukman Hakim (Kepala Satuan Pelaksana PDS HB Jassin), akan tetapi penyelenggara menambah lagi hadiah sejumlah Rp. 25.000.000,- untuk 1 Puisi Terbaik dan 4 Puisi Pilihan dan dipilih juga judul puisi pilihan untuk dijadikan cover buku antologi puisi guru yang diterbitkan.

Penyelenggara berusaha semaksimal mungkin biaya gotong-royong peserta menjadi sebuah event monumental dan spektakuler dengan bantuan beberapa pihak yang peduli pada perjuangan Perkumpulan Rumah Seni Asnur ini.

Peluncuran Buku Antologi Puisi dihelat di gedung mewah yang berkapasitas 750 tempat duduk. Acara peluncuran digarap dengan konsep multimedia, dengan sound system yang lengkap dan diperkuat dengan kualitas tata cahaya, membuat acara semakin megah. Kemegahan acara semakin meriah ketika ruang loby gedung dipenuhi banner dan foto-foto kegiatan sehingga tergambar betapa spektakulernya acara ini.

Peserta yang hadir tidak hanya menonton dan mengambil buku saja, akan tetapi juga terlibat mengisi acara, penyelenggara memfasilitasi mereka untuk tampil. Ada yang mengisi acara di Pertunjukan Puisi Kolosal, Paduan Suara Mars Indonesia Raya dan Mars Gerakan Guru Menulis Puisi yang sengaja dicipta oleh Asrizal Nur dan Ravelz Guchi dan arransemen oleh Andhika Monthong menjadikan acara semakin bermartabat, sebagian peserta yang lain terlibat juga tampil di Prosesi Penyerahan Anugerah.

Sementara beberapa peserta lainnya dipilih untuk tampil di Parade Puisi Guru dan perwakilan peserta yang masuk nominasi tampil pada malamnya bersama penyair terkemuka Indonesia dan pejabat negara.

Begitulah penyelenggara memartabatkan guru dan memuliakan puisi. Tidak hanya melahirkan buku antologi puisi 1000 halaman, tapi juga menciptakan rekor MURI dan memberi hadiah kepada peserta pemenang, penyelanggara juga mengusahakan penginapan dan makan kepada 200 peserta dari luar Jabodetabek.

Motivasi penyelenggara membuat acara ini adalah memartabatkan guru memuliakan puisi dan memasyarakat puisi ke sekolah sehingga puisi menjadi bergerak dan penting dalam rangka mencerdaskan dan memperkuat karakter bangsa. (R)

Related posts

Leave a Comment

eight − six =