Puisi-puisi Budi Setiawan
Budi Setiawan, seorang petani kata. Telah senang bertani kata sejak kecil. Kini sudah memulai hasil panenannya. Puisi-puisinya telah disiarkan beberapa media massa baik cetak atau media daring. Terhimpun juga di sejumlah antologi bersama. Kini tinggal dan bergiat di kota tembakau, Temanggung, Jawa Tengah sambil tetap menekuni dunia sastra.
Gulai Ayam Cemani
Rinduku mengepul dari dapur puisi
Bersama bumbu- bumbu sepi
Yang Kau tabur ke dalam kuali
Menyusun dendam
Rempah-rempah yang belum jadi
Di atas papan racik ini
Daging ingatanku kusayat berulangkali
Hingga habis tulang-belulang sunyi
Santan pecah
Kayu ditinggal api
Dan waktu matang di janji
Sedang cintamu menjelma
Gulai ayam cemani
Yang selalu batal terhidang
Di meja makanku ini
Jihad
Jika tubuhmu tak pulang ke darat
Kami tuang ini darah ke dalam gelas ingatan
Seperti secangkir kopi
Minumlah…
Jika jasadmu tak terapung di laut
Kami tetap hidangkan ini belulang di atas piring kuburan
Seperti anjing lapar
Makanlah…
Ruhmu empat sehat lima sempurna
Ke darat, di laut
Hidup kami muntah-muntah
Karena kekenyangan Tuhan
Rigen
Ia menjemur daun tubuhnya yang hijau
Dengan kilau matahari meleleh di atas rigen
Rigen yang di anyam ayah-ibu gobang
Dari tangan-tangan doa di musim kemarau
Kemarau yang di kirim Tuhan
Untuk mengusir burung-burung hujan
Yang mampir jatuh di kotanya
Kota yang dulu menumbuhkan
Rindunya di sepanjang ladang di lereng Sumbing
Sumbing bibirnya yang haus cinta
Cinta yang mengandung pahit kopi
Yang ia teguk tiap hari
Sehabis menunaikan ibadah puisi
*Rigen= alat menjemur tembakau rajangan yang terbuat dari bambu