ESAI 

Komunitas Cerpen Sepeninggal Korrie

Sudah lama Komunitas Cerpen Indonesia (KCI) seperti mati suri sepeninggal ketua umumnya, Korrie Layun Raman. Almarhum Korrie adalah hasil Kongres KCI di Menado, pada November 2012. Namun, beberapa lama setelah terpilih sebagai ketua umum, Korrie jatuh sakit. Sempat mempersiapkan untuk melaksanakan kongres berikutnya, dan sempat mengagendakan rapat pengurus di Jakarta. Tapi, Korrie meninggal dunia sebelum kongres dilaksanakan.

 

Sejak diklerasikan di Banjarmasin pada Oktober 2007, sebagai amanat dari Kongres Cerpen di Pekanbaru, November 2005, KCI tampaknya menghadapi masalah koordinasi. Ketua umum terpilih untuk periode 2007-2011, Ahmadun Yosi Herfanda, Banten, dengan Sekjen Triyanto Triwikromo, Semarang, kesulitan melakukan pertemuan karena faktor jarak, kesibukan, dan lemahnya dukungan finansial.

Anggota-anggota pengurus lain yang saling berjauhan juga mengalami problem yang sama. Ada pengurus yang tinggal di Banjarmasin (Zulfaisal Putra, ketua), Yogyakarta (Raudal Tanjung Banua, Nurwahidah Idris, dan Saut Situmorang, bendahara dan sekretaris), Kupang (Mezra E Pellondou, sekretaris), Depok (Maman S Mahayana, ketua), Tegal (Agus Noor, ketua), dan Pontianak (Shantined, sekretaris). Semangat pemerataan bertukar dengan realitas beban yang berat untuk berkoordinasi, karena jarak berjauhan. Apalagi, ketika itu belum dikenal rapat lewat zoom seperti sekarang. Rapat, ketika itu (2007/2008) hanya efektif dilakukan dengan tatap muka. Telepon genggam, ketika itu, hanya bisa digunakan untuk menyebar SMS undangan.

Rapat-rapat, dengan tatap muka, akhirnya hanya berjalan di antara pengurus yang berdekatan, yang tinggal di sekitar Jakarta. Dan, kegiatan sastra sempat diadakan, yakni Jakarta Interasional Literary Festival (JILFest), dua kali, 2008 dan 2011, dan menghasilkan dua buku, kumpulan cerpen Sejuta Warna di Langit Jakarta serta kumpulan puisi Ibu Kota Keberaksaraan. Pada acara JILFest ini KCI menggandeng Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dengan dukungan penuh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta.

Kemudian, November 2012 KCI  mengadakan Kongres di Menado untuk memilih pengurus baru periode 2012-2015. Dilaksanakan di SMK Kartini Pinamorongan dan dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Utara Star Wowor serta diwarnai Seminar Nasional Sastra Indonesia Mutakhir. Kewajiban terpenting pengurus KCI adalah mengadakan kongres untuk keberlanjutan organisasi, dan Korrie Layun Rampan terpilih sebagai ketua umum. Kongres dihadiri oleh Ahmad Tohari, Korrie, Ahmadun YH, Waode Wulan Ratna, Raudal Tanjung Banua, Zulfaizal Putra, Anwarsono, dan sejumlah cerpenis Indonesia. Karena kondisi darurat dan sulit untuk kuorum (ketika itu sempat diwacanakan), pemilihan ketua umum akhirnya tetap dilaksanakan dan dianggap sah. Namun, belum lama terpilih sebagai ketua umum, Korrie jatuh sakit. Sempat mempersiapkan kongres, dan akan mengadakan rapat di Jakarta, tapi Korrie meninggal dunia sebelum kongres dilaksanakan.

Sepeninggal Korrie, sebenarnya masih ada pengurus lain hasil kongres Manado. Misalanya Zulfaisal Putra (ketua), Anwarsono (ketua), Waode Wulan Ratna (sektretaris), Raudal Tanjung Banua (bendahara), dan sejumlah nama lain yang saya lupa (masih di tangan Korrie). Karena Korrie, beberapa lama setelah kongres KCI di Manado mulai sering sakit, koordinasi berjalan tersendat-sendat. Sejumlah kegiatan sempat juga diadakan di Kalimantan Timur, sambil mempersiapkan kongres. Tapi, Tuhan lebih dulu memanggil Korrie sebelum sempat melaksanakan agenda wajib yang penting itu.

Setelah itu, pernah dijajaki kemungkinan diadakan kongres di Lampung Timur. Rapat pertama penjajakan sudah diadakan dan dihadiri oleh Isbady Stiawan ZS, Zulfaisal Putra, Ahmadun YH, dan Anwarsono. Anwarsono (Lampung Timur) menyatakan sanggup menjadi tuan rumah. Tapi kongres ditunda, karena dukungan dana dan dukungan fasilitas dianggap masih kurang memadai. Ketika itu, direncanakan akan diadakan rapat kedua, sambil melakukan penggalangan dana serta dukungan fasilitan. Tapi, sampai hari ini belum ada kelanjutannya.

Secara keorganisasian, sebenarnya kewenangan kongres ada di tangan Korrie Layun Rampan almarhum, dan pengurus lain yang masih hidup, seperti Zulfaizal Putra (wakil ketua), Anwarsono (wakil ketua), dan Raudal Tanjung Banua (bendahara). Saya, sebagai mantan ketua KCI (periode 2008-2011), merasa prihatin saja dan secara pribadi mengingatkan kepada pengurus yang masih ada apakah KCI akan dibiarkan mati atau dibangkitkan kembali. Di tangan kawan-kawan semua jawabannya.

Saya pribadi, karena bukan anggota pengurus periode 2012-2015, dan  hanya sebagai anggota biasa KCI, hanya berkewajiban untuk mengingatkan. Peta satra, kata Maman S Mahayana, sekarang juga sudah berubah. Perlu semangat baru, visi baru, dan orientasi baru. Ini yang perlu dipikirkan oleh para penerus KCI. Kita butuh  generasi baru yang bisa membawa KCI selamat mengarungi perubahan peradaban, terutama perubahan media cerpen dari koran ke digital.  Salam. @ ahmadun yh

Keterangan foto: Suasana pembukaan Kongres Cerpen Indonesia di halaman SMK Kartini Manado.

Related posts

Leave a Comment

thirteen − two =