Amsal Kala Hujan

Puisi-puisi: Isbedy Stiawan ZS ___________________________________________________________________

 

 

AMSAL

kuburan melompong! tanah
hanya menyisakan wangi
tubuh suci, sesudah naik
(diangkat?) lalu awan
berarak; membungkus diri

dekat bukit. di luar kota
berjarak 2.ooo langkah
di tanah berbatu. tak ada
orang mati, liang kosong

sampai padaku gemuruh
duka? ah tak, sukacita
– pesta anggur –
tapi, di mana umurku
kau simpan rapi?

kematian
lalu
kebangkitan

: kuburan kosong!

Lampung 2022

 

SEBILAH WAKTU

aku hanya sebilah waktu
menebas angka demi angka
dari takaran usia; bulan
memanjang, derapku dipangkas

sebilah tunjuk. melingkari
angkaangka. menyisakan kenangan;
segala ingatan – dulu atau baru lalu
pernah lalu dilupakan

kecuali secuil -di dalam obituarimu,
tak lebih sebagai salam- bahwa
kau + aku pernah berjabatan
ataupun bercakarcakaran

sebilah waktu. pelanpelan mengiris
buah apel di meja perjamuan
sejak siang hingga kelam
-hanya mengiris setipis setipis-

2022

 

 

KALA HUJAN

ada hujan
ada pula yang pulang
– akukah itu?

tanah basah
anakanak menari
di dalam hujan
– kaukah yang riang?

basah rumputan
taman bercahaya
– siapa yang sepi?

jika ini hujan
tanda ketibaan
lalu siapa yang pulang
tubuh basah telanjang?

– akulah itu!

*

 

Isbedy Stiawan ZS, lahir di Tanjungkarang, Lampung, dan sampai kini masih menetap di kota kelahirannya.

Ia menulis puisi, cerpen, dan esai juga karya jurnalistik. Dipublikasikan di berbagai media massa terbitan Jakarta dan daerah, seperti Kompas, Republika, Jawa Pos, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Media Indonesia, Tanjungpinang Pos, dan lain-lain.

Buku puisinya, Kini Aku Sudah Jadi Batu! masuk 5 besar Badan Pengembangan Bahasa Kemendikbud RI (2020), Tausiyah Ibu masuk 25 nomine Sayembara Buku Puisi 2020 Yayasan Hari Puisi Indonesia, dan Belok Kiri Jalan Terus ke Kota Tua dinobatkan sebagai 5 besar buku puisi pilihan Tempo (2020).

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

12 − 8 =