Petualangan Mata yang Fantastis
Oleh Ahmadun Yosi Herfanda
__________________________________________________________
Membaca novel Mata di Tanah Melus karya Okky Madasari kita dibawa bertualang ke tempat-tempat luar biasa dengan plot yang penuh kejutan. Novel remaja yang diterbitkan Gramedia ini benar-benar fantastis. Mengisahkan seorang anak perempuan 12 tahun, Mata, yang tersesat di tanah Melus – wilayah yang dihuni masyaraka terasing, yang tidak kenal Indonesia.
Mulanya Mata bisa menikmati padang rumput yang luar biasa indah, menikmati sapi-sapi yang bergerombol di tepi kali. Tapi kemudian harus ditangkap oleh orang-orang Melus karena dicurigai sebagai mata-mata. Dari sinilah kemudian kisah mengalir secara fantastis. Dan, puncak fantasi adalah ketika Mata tersesat di kerajaan kupu-kupu, dan dipaksa menjadi Ratu Kupu-kupu.
_________________________
Foto diambil dari www.fimela.com
_________________________
Novelisnya berhasil memadukan dunia nyata dan dunia fantasi, memadukan fiksi realis dan fiksi fantasi. Di luar Tanah Melus, Mata hidup dalam realitas keseharian yang nyata: menghadapi keseharian ibunya, seorang buku penulis cerita yang terlalu protect terhadap anaknya sehingga tidak diperbolehkan membaca karya ibunya, dan lesehrian papanya yang seorang wartawan. Tapi, begitu tersesat di Tanah Melus, dia harus menghadapi masyarakat yang memelihara tradisi di luar nalar sehatnya. Sampai akhirnya Mata bertemu Ratu Kupu-kupu, manusia yang punggunya ditumbuhi dua yang indah, bisa terbang, makan madu, bagai kupu-kupu. Dua realitas yang berbeda dipadukan dalam satu fiksi.
***
Sebagaimana judulnya, Mata di Tanah Melus, petualangan Mata di Tanah Melus adalah inti kisah novel ini. Mata adalah nama panggilan Matara, tokoh utama novel ini. Tokoh berikutnya adalah Mama (ibu Mata), penulis buku cerita, yang membawa Mata dari Jakarta berlibur ke Belu tanpa Papanya. Semula Mata tak menemukan suasana seru seperti yang dijanjikan Mamanya. “Kita akan berlibur bersama, Mata. Ke tempat yang jauh, tempat yang sangat indah, tempat yang belum pernah kita datangi.”
“Papa ikut?”
Mama menggeleng lalu memegang pundakku dan berkata dengan mata berbinar-binar. “Hanya kita berdua saja. Ini akan jadi petualangan seru kita berdua. Kita adalah Alice. Kita adalah Dora. Kita penjelajah, kita petualang. Girl power. Yai!”
Di Belu, malah kesialan yang mereka temui. Bukan keseruan. Mobil sewaannya yang menjemputnya dari Bandara, yang disopiri Reinar, menabrak sapi. Sapi mati dan Mama harus menggantinya Rp 20 juta, karena Reinar tak punya uang untuk menggantinya. Mata dan Mamanya ke mana-mana harus jalan kaki, karena uangnya menipis. Saat berjalan-jalan ke pasar, Mata berkenalan dengan Tania, anak pedagang pasar yang sedang diajak ngobrok Mamanya. Dalam bincang-bincang Mata sepakat untuk main ke rumah Tania. Rumah itu ternyata sangat jauh dan Tania pingsan karena kelelahan.
Mengalami dua kali sial berterut-turut, membuat Mama menuruti saran Mama Tania untuk melakukan upacara adat sebagai tanda permisi karena memasuki di tinggal di Belu. Upacara adat itu harus dilakukan di Hol Hara Ranu Hita, sebuah puncak bukit yang dipercayai sebagai tempat keramat, tempat orang minta permisi kalau hendak memasuki Belu. Untuk ke tempat itu, Mama menyewa kijang Innova di disopiri oleh Immanuel.
Tapi letak Hol Hara di atas bukit yang sangat tinggi. Mobil yang membawa Mama, Mata, Mama Tania, Tania, dan Paman Tania, tidak kuat sampai ke tujuan. Mobil itu tak kuat melewati tanjakan dan terperosok ke parit. Nasib sial menjemput lagi. Di tengah hujan deras, mereka harus turun dari mobil, padahal Hol Hara masih cukup jauh. Sambil menikmati pemandangan pebukitan yang indah, dengan perasaan kesal, mereka terpaksa jalan kaki ke Hol Hara.
Mama kesal dan menganggap upacara adat itu hanya membuang waktu dan uang. Akhirnya ia beranjak pulang sebelum upacara selesai, diikuti Mata dan yang lain mengikuti di belakang. Di tengah hujan deras, Mama dan Mata berjalan merunduk-runduk, akhirnya menemukan sebuah gubuk dan mereka biristirahat sambil menunggu yang lain. Mereka tertidur, dan ketika Mata terbangun ia keluar gubuk: menemukan padang rumput yang indah, luas, dengan sapi-sapi di pinggir kali. Semula Mata takut karena teringat sapi-sapi dalam mimpi buruknya. Dia terus mendekatinya, dan akhirnya bertemu enam orang Menus yang memaksanya membawa ke sukunya, karena mencurigai Mata sebagai pengintai.
Di tanah Menus, peristiwa-peristiwa aneh yang fantastis, menimpa Mata. Ia dibawa ke Ema Nain, tetua masyarakan Melus. Dari Ema Nain ia tahu setiap orang datang takkan bisa kembali. Tapi Mata tak akan dibunuh karena bangsa Melus takkan membunuh perempuan dan anak-anak. Ditemani oleh Atok, anak Melus, Mata mencari jalan untuk kabur. Di tengah padang rumput, saat hujan deras, Mata dan Atok terperosok ke kubangan. Ternyata itu jalan ke kerajaan Kupu-kupu. Bertemulah dengan Ratu Kupu-kupu, yang membujuknya untuk menjadi pengganti sang ratu, dengan syarat di pundak Mata tumbuh sayap. Karena Mata tidak mau, sang ratu akhirnya menunjukkan jalan pulang: meloncat ke air terjun di jurang dengan pelampung dua lembar daun. Akhirnya Mata bertemu Mamanya, yang dating bersama para ilmuwan.
***
Sebuah petualangan yang asyik dinikmati. Sayangnya keasyikan itu baru kita rasakan mulai bagian 8. Novel terdiri dari 22 bagian. Sejak bagian pertama sampai bagian ke-8 kurang menarik, dan banyak diwarnai pikiran dan dunia orang dewasa. Tentang Mamanya yang protes ke sekolah Mata karena mendapat cerita dari guru agama mengenai orang yang diseterika di neraka; Mamanya yang menolak diajak piknik ke Disneyland Singapur, Hongkong, dan Jepang, menganggap tidak mendidik; dan tentang Papanya yang berhenti bekerja dan kehilangan gaji.
Mungkin novel ini akan asyik kalau kisahnya difokuskan pada petualangan Mata dan Mama di Belu. Sejak mobil Reinar menabrak sapi, upacara adat di Hol Hara Ranu Hita, dan seluruh kisah fantastis petualang Mata di Tanah Melus. Pembaca takkan merasa kehilangan tanpa bagi pertama hingga kedelapan. Justru cerita akan terasa lebih utuh, dan plot akan terasa padu. Okky Madasari adalah novelis yang hebat. Dia pernah memenangkan KLA Literary Awards. Dia tahu bahwa daya tarik utama sebuah novel terletak pada kekuatan plotnya, kekutan ceritanya. @ Materi untuk diskusi buku novel secara daring yang diadakan oleh Pusat Bahasa, Badan Bahasa, Kemendikbudristek RI.