PERISTIWA 

Penyair Ngopi Puisi dengan Isu Lingkungan

DEPOK  (litera) – Sejumlah Penyair dari tiga Provinsi yaitu Jakarta, Banten, dan Jawa Barat yang tergabung di Grup Poros Selatan menggelar acara #NgopiPuisi secara rutin dan berpindah-pindah lokasinya. Ini kegiatan baca puisi tanpa panggung dan bisa berlangsung di mana saja. Minggu sore hingga malam (22/1) kemarin, kegiatan berlangsung di Warung Kangen Desa pinggir Setu Pengasinan, Sawangan, Depok. 

Salah satu penggagas acara ini, Mustafa Ismail, mengatakan bahwa #NgopiPuisi ini bertujuan untuk mendekatkan puisi ke tengah warga. “Kita adakan di kedai, taman, rumah warga, warung, pinggir danau, pasar, dan di mana saja secara bergantian agar pentas puisi bisa hadir di tengah aktivitas keseharian masyarakat,” ujar Mustafa Ismail yang dikenal sebagai penulis sastra ini. 

Ini adalah kegiatan kedua #ngopipuisi. Sebelumnya, baca puisi mirip tadarusan itu dilangsungkan di teras sekretariat Betawi Ngoempol Creative Centre (BNCC) di bilangan Tanah Baru, Depok.  Pada acara Minggu sore, hadir  sejujmalh penyair, antara lain,  Joko Wicaksono, Willy Ana, Bambang Betet, Tora Kundera, Iman Sembada, Ira J Rahim, perupa Widyani Edelweis, dan pentolan grup musik Uyung Mahagenta. Sebelum baca puisi, para peserta juga mengawali do’a bersama untuk almarhum Ibunda Heri Gonku yang baru saja berpulang.

Sejumlah penyair tersebut secara bergantian membacakan puisi-puisi karya sendiri maupun karya penyair-penyair legendaris seperti WS Rendra, Wiji Thukul, Joko Pinurbo, Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar, dan banyak lagi. Uniknya acara #NgopiPuisi ini para pesertanya mayoritas mengenakan sarung. “Kegiatan ini salah satunya memang digerakkan oleh komunitas sarungan,” kata Tora Kundera.

Selain Komunitas Sarungan Indonesia, ada Lingkar Sarung Budaya, dan Penulis Sarungan Indonesia. Komunitas lain yang mendukung adalah Gong Merah Putih, Komunitas Sastra Margonda, Imaji Indonesia, dan Poros Selatan. “Dalam acara ini juga ada tradisi ada lelang sarung untuk para peserta yang belum sarungan, agar kompak bersarung sebagai salah satu bagian dari ciri kerakyatan,” ujar Tora, yang juga Ketua Lingkar Sarung Budaya. 

Ketua Penulis Sarungan Indonesia (PSI) Iman Sembada berharap kegiatan #ngopipuisi juga bisa menjangkau anak-anak sekolah. “Penyair bisa masuk sekolah dan membaca puisi di kelas, bahkan di kantin sekolah,” ujar penyair yang telah menerbitkan sejumlah kumpulan puisi ini. “Pos-pos ronda di kampung-kampung juga bisa menjadi tempat yang penting untuk memasyarakatkan puisi agar bapak-bapak yang nongkrong melek puisi.”

Penyair Willy Ana mengaku hanyut dalam kegiatan tersebut, karena sangat guyub, tak ada jarak antara pembaca puisi dan penonton. Siapa pun bisa membaca puisi, tak hanya penyair, tapi juga penonton. Ia yakin acara ini bisa membuat masyarakat luas pelan-pelan mengenali dan suka puisi. Namun perempuan yang mengaku akan segera bersarung itu agar para penyair membacakan puisi-puisi yang mudah dimengerti masyarakat biasa. “Agar mereka pelan-pelan betul-betul suka puisi,” tutur Ketua Imaji Indonesia ini.

Mustafa Ismail dan Tora Kundera menambahkan bahwa kegiatan selanjutnya akan mengambil tema “Membaca Remy Sylado”. Ini upaya mengenang dan mengapresiasi karya-karya penyair mbleling itu. “Makanya nanti kita membaca puisi-puisi mbeling,” kata Mustafa. Tora Kundera menambahkan lokasi acara #ngopipuisi edisi ketiga ini masih di Depok. “Kami sedang menjajaki lokasi-lokasi lain di luar Depok dan bekerja sama dengan komunitas yang ada di wilayah tersebut,” ujar Tora. 

Komunitas Ngopi Puisi mengundang para penyair dan masyarakat umum untuk meramaikan acara ini sebagai pembaca puisi sekaligus penonton.  Info setiap kegiatan bisa dilihat di Instagram @infosastra. [* | MI]

Related posts

Leave a Comment

nine − five =