Jakarta Tuan Rumah PPN XIII
KUALA LUMPUR (litera) – Musyawarah wakil panitia dari lima negara peserta Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XII di Grand Cambel Hotel Kuala Lumpur, Minggu 15 Oktober 2023, memutuskan Jakarta sebagai tuan rumah PPN XIII. Keputusan ini diambil setelah mewacanakan tuan rumah alternatif, yakni Brunei Darussalam, Palembang, dan Kendari.
Musyawarah itu dihadiri wakil dari Malaysia (Mohamad Saleeh Rahamad), Thailand (Nik Rakib bin Nik Hasan), Brunei Darussalam (Haji Jawawi Ahmad), Singapura (Samsudin Said), dan Indonesia (Ahmadun Yosi Herfanda). Panitia juga mengundang pemakalah dan peserta calon tuan rumah seperti Maman S Mahaya (Jakarta), Anwar Putra Bayu (Pelambang), dan Syaifudin Gani (Kendari) untuk didengar pendapatnya.
Musyawarah juga merumuskan resolusi untuk perbaikan PPN berikutnya, serta resolusi yang bersifat kemanusiaan tentang konflik Palestina dan Rempang. “Menghormati hak kemerdekaan Palestina dan kepemilikan tanah warga Rempang, dan di mana-mana sahaja demi kemanusiaan sejagat,” kata Mohamad Saleeh Rahamad, selaku ketua Panitia PPN XII, membacakan resolusi pada sidang pleno, Ahad, 15 Oktober 2023.
Setelah dibacakan, Resolusi PPN XII itu diserahkan kepada Ahmadun Yosi Herfanda, selaku wakil calon tuan rumah PPN XIII yakni Jakarta. Disela-sela diskusi, Ahmadun mengatakan pelaksanaan PPN XIII di Jakarta sudah mendapat dukungan dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). “Tinggal berkoordinasi lebih lanjut dengan pengurus DKJ,” katanya.
Luka, Cinta, Damai
PPN XII bertemakan bertemakan “Cinta, Luka, Damai” berlangsung di Kuala Lumpur selama tiga hari, pada13-15 Oktober. Pertemuan ini diselenggarakan 0leh Persatuan Penulis Nasional Malaysia (PENA), Dewan Bahasa dan Pustakan (DBP), dan Gabungan Persatuan Penulis Nasional Malaysia (GAPENA), bekerja sama dengan Kementerian Pelancongan, Seni dan Budaya, Majlis Perbandaran Petaling Jaya, SHAPADU Group, serta dukungan dari pelbagai pihak.
Sebanyak 247 peserta dari lima negara telah menyertai PPN, dari Negara Brunei Darussalam, Indonesia, Singapura, Thailand, dan negara tuan rumah Malaysia. Banyaknya peserta itu tampak di ruang sidang sastra yang selalu penuh. Begitu juga acara-acara baca puisi selalu ramai hadirin.
Genre puisi
Paserta musyawarah, lanjut Saleeh Rahamad membacakan resolusi, menyadari bahwa genre puisi telah berkembang luas dan merakyat dalam ranah kesusasteraan seluruh masyarakat di gugusan Nusantara dan puisi menjadi wahana ekspresi estetika, pemikiran, sikap, pandangan dan suara hati pengarang,” katanya.
Karena itu, tambahnya, PPN XII memutuskan akan meneruskan acara PPN dengan memilih Jakarta sebagai tuan rumah pada 2025. Juga diresolusikan agar pada setiap acara PPN sekurang-kurangnya diterbitkan sebuah antologi puisi khusus PPN oleh tuan rumah. “Penyertaan perlu dibuka kepada penulis dengan jumlah yang munasabah mengikut kemampuan tuan rumah,” katanya.
Disarankan juga melalui resolusi itu, agar para panitia PPN setiap negara perlu meraih sokongan dan dukungan daripada pihak pemerintah dan entiti korporat di negara masing-masing untuk mendanai kegiatan PPN.
“Bagi memperluas penyebaran karya, teknologi digital perlu dimanfaatkan secara silang budaya dan negara,” lanjutnya. Karena itu, Panitia PPN perlu menyediakan laman maya yang komunikatif secara khusus dan aktif bagi menggerakkan suasana pengkaryaan yang lebih kondusif, mencerdaskan pemikiran dan kreativitas.
“Panitia PPN juga perlu merancang penyediaan dana pengiktirafan kepada karya dan penulis, di peringkat Nusantara, dan merancang usaha mewacanakan karya penulis secara lintas negara,” kata Saleeh mengakhiri resulusi.
Peresmian PPN
PPN XII diresmikan Jumat di Dewan Bankuet, Majelis Perbandaran Petaling Jaya. Hadir menyampaikan sambutan, Menteri Luar Negeri YB Datok Seri Diraja Dr Zambry Abdul Kadir. Para ketua delegasi dari lima negara diperkenalkan kepada Dr Zambry untuk menerima cendera mata. Baca puisi wakil-wakil negara peserta mewarnai acara malam itu.
Diskusi (sidang) sastra mengisi tiga hari PPN. Hari pertama, Jumat, menampilkan Dr Shamsudin Othman, Isbedy Stiawan, dan Roslan Madun, mambahas topik “Mua ke Mana Puisi Nusantara”. Hari kedua, Sabtu, sesi ucap utama, topik “Peranan Puisi dalam Pergolakan”, menampilkan Datuk Dr Anwar Ridwan dan Maman S Mahayana. Sidang selanjutnya, membahas topik “Pergelutan Puisi dalam Arus Teknologi”, menampilkan Syed Mohd Zakir Syed Othman, A Razak Panamalae, Dr Morsidi Haji Muhammad.
Sidang berlanjut dengan topik “Denyut Puisi di Alam Melayu” yang menampilkan PM Dr Norhayati Ab Rahman, Hartinah Ahmad, Ratna Ayu Budhiarti, dan Mahroso Doloh. Hari ketiga, Ahad, dimulai dengan syarahan utama dengan topik “Ruang Hidup Puisi Nusantara” bersama Ketua Pengarah DBP Dr Hazami Jahari.
Sidang pleno dengan topik “Hala Tuju PPN” mengakhiri senarai sidang sastra, dengan menampilkan Dr Mohamad Saleeh Rahamad, Haji Zawawi Ahmad, Samsudin Said, Dr Nik Rakib Nik Hassan, dan Ahmadun Yosi Herfanda. Sidang pleno ini dimoderatori oleh Dr Mohd Khair Ngadiron.
Di sela-sela sidang sastra selalu diwarnai pertunjukan baca puisi oleh para peserta dari lima negara serumpun. Malam baca puisi secara khusus diadakan pada Sabtu malam di Gedung Dewan Bahasa dan Pustaka, dengan tajuk Malam Puisi Nusantara. Malam itu juga dipentaskan drama perjuangan dan ditutup dengan lagu-lagu nostalgia yang mengajak beberapa peserta berjoget bersama.
Para penyair yang tampil membaca puisi, antara lain Rida K Liamsi, Marsli NO, Fahrunnas MA Jabbar, AG Andoyo Sulyantoro, Syaifudin Gani, Ramayani Riance, Ratna Ayu Budhiarti, Mahroso Doloh, Syarifudin Arifin, dan Tarmizi Rumah Hitam. Tampak hadir pula sastrawan senior Free Hearty.
Untuk menyempurnakan PPN XII diterbitkan sebuah buku antologi puisi bertajuk Luka, Cinta, Damai yang dieditori Mohamad Saleeh Rahamad. Antologi puisi ini memuat 210 puisi karya 210 penyair dari lima negara – Malaysia, Indonesia, Thailand, Brunei, dan Singapura. Semua puisi bertema “luka, cinta, damai” dengan penafsiran masing-masing. @ red