PERISTIWA 

Sutardji: Puisi adalah Kesaksian

 

JAKARTA (litera) – “Puisi adalah kesaksian manusia lewat kata-kata,” ujar presiden penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri (SCB) pada acara diskusi sastra dan bedah buku antologi puisi tunggal Impromtu Terzina karya Ewith Bahar di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB.Jassin, Lantai 4, Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis sore (30/12).

 

Dikatakan lagi oleh SCB, berkaitan dengan puisi yang mula-mula adalah kata, dan puisi menambah pertambahan makna. “Makna di dalam puisi adalah nikmat, dan kata-kata tersebut adalah nikmat. Elaborasi dari kata nikmat itu penting, karena dapat membawa pengadaan makna. Sebab, hidup adalah pelaksanaan sebanyak.mungkin makna. Puisi adalah kesaksian manusia lewat kata-kata,” ucapnya.

 

Seperti diketahui buku kumpulan puisi Impromtu Terzina karya Ewith Bahar keluar sebagai juara pertama sayembara Hari Puisi Indonesia (HPI) tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Yayasan Hari Puisi (YHP), berhadiah Rp 50 juta.

 

Menurut Maman S Mahayana hadiah sebesar Rp 50 juta tersebut merupakan penghargaan terhadap penciptaan sebuah karya puisi. ”Karena, karya puisi memiliki nilai tinggi dan bermartabat. Bahkan negeri ini terbentuk dari puisi dan kata. Puisi Ewith Bahar sangat kuat di metafora,” kilahnya.

 

Octavianus Masheka, Ketua Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) pada acara yang menghadirkan moderator Kurnia Effendi itu memberi kata sambutan. “Acara diskusi dan bedah buku kumpulan puisi Impromtu Terzina karya Ewith Bahar bukan merupakan  produksi TISI. Meskipun yang menyelenggarakan Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta. Kang.Maman dan Bang Tardji harus mempertanggungjawabkan kenapa buku antologi puisi Ewith Bahar bisa keluar sebagai juara satu,“ tegasnya.

 

Sayembara Buku Puisi

Sementara itu Maman S Mahayana, secara panjang lebar dan sistematis menjelaskan tentang sayembara buku puisi Yayasan Hari Puisi (YHP) yang meliputi latar belakang, latar depan, persyaratan,  hadiah dan  dewan juri.

 

Berikut kutipan beberapa puisi Ewith Bahar dalam Impromtu Terzina:

 

BANJIR

 

Di kolam raksasa zaman mutakhir

Tak ada ikan mas, kecuali mobil-mobil

Menggeliat-geliat dipermainkan deras air

 

GEMURUH AIR KALI

 

Bunyi gemuruh air kali

datang dari celah malam buta

esoknya riuh ramai kamar pengungsi

 

BEETHOVEN

Kendati hidup tajam seperti tikam

ditekannya kuat hasrat bunuh diri pada tuts

melodi mengalir, indah menghujam

 

 

Menurut Sutardji, puisi-puisi With dalam Impromtu Terzina juga otentik. Merupakan bangunan kecil yang indah dengan kesadaran estetik yang tinggi. Puisi-puisinya, tiga baris dengan persajakan aba, dapat menjadi obat ketenangan batin, inspirasi kebahagiaan, dan

Harapan. Ewith tidak menulis pesimisme, ketakutan, dan kesangsian. Ia juga tidak menulis yang muluk-muluk, gagah perkasa, dan keputusasaan. Ia hanya menuliskan kesederhanaan.

Impromptu bertarti improvisasi. Terzina berarti puisi tiga larik. Impromptu terzina berarti improvisasi tematik dalam tiga larik. Puisi-puisinya juga memiliki kematangan dalam diksi, metafor, paradoks, simbolisasi, permainan kata, frasa, dan kalimat. “Tema sebagai inspirasi atau sebagai pemantik. Juga ada permainan antarlarik. Larik ketiga sebagai pesan, tema, jawab atau mempertahankan konsistensi,” pungkas Sutardji. @ Red

 

Kontributor: Lasman Simanjuntak

Related posts

Leave a Comment

9 − two =