PUISI 

BADAI GENOSIDA MELANDA PALESTINA

Puisi-puisi Esti Ismawati

______________________________________________________________

 

BERITA DARI GAZA

Membaca berita sore, mengalir sungai di pipi. Di bawah langit biru yang bersaksi, Mendikbud Palestina berkata: “Tahun Pelajaran 2023 usai, karena semua siswa syahid”. Palestina, adakah air mata yang menggenang diantara reruntuhan mampu menjadi penguat semangat jihad? Tanah yang subur kini terpanggang, namun semangatmu tidak pernah padam.

Dalam langkahmu yang tegar, Palestina menghadapi angin badai genosida. Rumahmu hancur, namun harapmu kokoh. Palestina, dalam doa-doa kita bersatu, dalam keyakinan yang teguh kita tak tergoyah. Kita percaya suatu saat nanti negerimu bahagia.

Jeritan anak-anak tak bersalah, mencari kedamaian di tengah kekacauan. Namun, cahaya keberanian menyala di matamu, Palestina, kami saksikan dan kami banggakan.

Sejarah memberimu beban berat, namun kau berdiri tegap, Palestina. Tak tergoyahkan, tak terkalahkan dalam keyakinan iman Islam. Dalam doa-doa kita berharap bersama, Palestina, masa depanmu adalah matahari yang terbit.

Biarlah puisi ini menjadi suara, bagi yang merindukan kedamaian di sana. Palestina, kita berdiri bersama, dalam impian akan hari tanpa luka dan penindasan.

Klaten, November 2023

 

 

MASA KEEMASAN PALESTINA

 AKAN DATANG LAGI

 

Di masa lampau tanah Palestina berkilau, bagai permata di pelukan senja
Angin berdesir bawa suara indah, hayya ‘alas-shalah, hayya ‘alal-falah
Sebelum masa kini, sebelum bayangan luka menyelimuti bumi.

Dalam tarian penuh keberagaman, wajah-wajah berseri damai berkembang, kereta kencana berlalu-lalang, bagai surga dunia, membawa saudagar pulang, di bawah pemerintahan Ottoman, sebelum migrasi Yahudi tiba, sebelum pelukan konflik menyergap kota-kota.

Nyanyian anak-anak terdengar riang, bermain di bawah pohon zaitun yang tumbuh rindang, sungai-sungai mengalir menyejuk hati, tertulis di kitab suci, sebelum migrasi Yahudi, sebelum air mata meresap di tanah ini.

Bazar penuh warna senja, hiruk-pikuk suara pedagang dan pembeli, bersatu dalam keramaian pasar, bagai keluarga besar bersapa penuh binar, sebelum semua redup, sebelum semua tertutup, bayangan hitam bom dijatuhkan, pranala perang tak seimbang oleh Yahudi pembangkang.

Masa lalu Palestina bercahaya, pancarkan cinta untuk dunia. Bukalah lembaran sejarah nan megah dengan hati. Kenanglah keindahan yang pernah ada di sini. Sebelum jeritan pilu anak-anak yatim piatu, disiksa dan dibunuh, genosida yang bengis, mencengkeram dada zionis.

Meski luka tergores seiring waktu, kenangan masa lalu menginspirasi kita. Palestina dalam doa-doa, Palestina kokoh berdiri, engkau tetap hidup, engkau pantang redup, jelas terbayang dalam tatap mata tiga anak ini, masa keemasanmu akan datang lagi. Duniapun mengakui.

Klaten, November 2023

 *) Genosida adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau sekelompok suku bangsa dengan maksud memusnahkan bangsa tersebut.

 

SAVE PALESTINE

 Palestina menangis diantara reruntuhan. Tanah yang subur kini terpanggang, dalam langkah-langkah tegar, menghadapi badai kemunafikan. Rumahmu hancur namun imanmu kokoh, semangatmu tak pernah mati, meski banyak bom menghujani. Palestina, dalam doa-doa kita terjaga, dalam cita-cita kita bersama hidup merdeka.

Palestina merintih terlalu lama. Terkunci dalam dinding-dinding kesombongan, cerita pilu menari di atas reruntuhan bangga, genosida membakar api kebiadaban, lupa sejarah dari bangsa terusir, memohon belas kasih Palestina untuk mengungsi, namun mereka lupa, air susu dibalas air tuba, tanah dirampas dengan segala cara, dengan pongah menyatakan negri merdeka, dan sejak itu Palestina terluka.

Darah syuhada Palestina, mewangi harum tercium dunia, merayap pelan suara-suara mualaf, kagum dengan aqidah Palestina yang kokoh, meski derita tiada henti, sejarah panjang permusuhan tak pernah padam dan di antara reruntuhan, suara doa melantun, menggema di lembah-lembah sunyi untuk Palestina.

Bibir Palestina berbisik, mengalun lirih dalam duka, Tangan Palestina terangkat, mencari keadilan yang terluka. Di dalam kegelapan ada cahaya harapan, Palestina, meski terluka, engkau tetap tangguh berdiri. tegak dalam kebenaran, masjid-masjid boleh dirubuhkan namun darah tauhid tetap mengalir di tubuh Palestina.

Di balik tembok-tembok tinggi yang memisahkan, ada jerit kesedihan yang enggan meredam keyakinan. Bunga kebebasan akan mekar suatu hari nanti, sebagaimana firman Ilahi, mekar di tanah Palestina yang damai, setelah zionis biadab jadi bangkai.

Dalam doa-doa yang mengalun bagai senandung, kami berdiri bersama, mendukungmu, Palestina. Hati-hati penuh cinta dan solidaritas, menyerukan perdamaian untukmu, save Palestina, negeri yang terluka segera bebas dari derita.

Palestina, tanah bersejarah yang takkan pudar, kami bersumpah dengan sadar, dalam puisi ini dan dalam doa, untuk terus berbicara, terus berjuang, hingga kau bebas, bersinar di bawah matahari dengan ridho Ilahi.

Klaten, November 2023

 

Prof. Dr. Esti Ismawati, MPd adalah Guru Besar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Widya Dharma Klaten (1986-sekarang). Dosen PNS dpk Unwidha Klaten ini pada tahun 1995 terpilih sebagai dosen teladan Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah. Ia mendapat hibah Kemenristek Dikti untuk Penelitian Dasar, Terapan, dan Pengembangan (tentang local wisdom). Sebanyak 20-an bukunya tentang Bahasa, Sastra dan Pengajaran telah diterbitkan oleh Penerbit Ombak Yogyakarta dan Penerbit Gambang Buku Budaya Yogyakarta. Ia mendapat penghargaan Lencana Karya Satya 20 tahun dan 30 tahun dari Presiden RI. Selain mengajar dan meneliti ia menjadi Pendamping UMKM Lurik Klaten. Karya-karyanya dapat dilihat di www.pusatcinderamatalurikkaten.com

Foto diambil dari laman The Economist.

 

Related posts

Leave a Comment

eleven + sixteen =