ADA BINTANG JATUH KE DALAM HATIKU
Sajak-sajak Ahmadun Yosi Herfanda
___________________________________________________________________
SECANGKIR KOPI RINDU
secangkir kopi mengetuk hatimu
menulis kata rindu yang tak berhulu
terimalah sebagai tanda Cinta
yang berdetak sepanjang waktu
tiap aku seruput kopi itu
terbuka rahmat bagi bangsaku
bagai sungai yang mengalir ke laut
melayarkan kapal-kapal perkasa
membelah selat dan melipat samodra
wahai, kabar apa yang mereka bawa
dari tanah kelahiran kedua?
mungkin tentang lezatnya kopi gayo
arabika, atau robusta. Mungkin kau
lebih suka kopi jawa atau toraja
tapi, dengarlah kisah mereka
karena ada kabar kemuliaan
yang tak bermuara pada kematian
secangkir kopi mengetuk hatimu
bunga Cinta pun membuka kelopaknya
bagi kehadiran Cahaya KeabadianMu
Banten, 2023
ZIARAH SENJA
masih kudengar salawat bunga-bunga
yang bertabur pada gundukan makam ibu
salawat mawar, salawat melati, salawat cempaka
salawat kemangi. Semboja di rerantingnya
menyahut dengan guguran kelopak bunga
: semoga bunda pulas tertidur
dalam safaat baginda rasul
sampai hari kebangkitan
membangunkanmu
untuk menemui Kekasih
yang paling Rindu
burung-burung di pohon akasia
turut berdoa bagi penghapusan dosa
rerumputan di seputaran pusara
mengaminkan pelipatan pahala
: tunggakan tiga kartu kreditmu
telah terhapus oleh jaminan bank negara
sedang hutangmu pada tetangga
telah diikhlaskan oleh kebaikan hatinya
masih kudengar salawat bunga-bunga
bersahutan di atas gundukan pusaramu
suara talkin pelayat yang tersisa
mengantarkan jiwa bunda
untuk tidur sementara
Kaliwungu, 2016
SURAT CINTA
UNTUK PUAN SUNYI
aku masih mencarimu, Puan Sunyi
sungguh jauh dan berliku alamat
yang kauberi. Aku rindu tak sampai-sampai.
adakah kau pada senyum langit pagi,
atau pada nyeri saat duka menusuk diri.
adakah kau pada ruang kosong, rasa hampa,
saat rindu tak menemu siapa-siapa.
pada butir embun kau berkaca. Tapi aku
gagal mendekapmu, saat embun jatuh
hanya berpendar cahaya
di manakah engkau sembunyi, Puan Sunyi
jika dari relung hati engkau telah pergi
terdesak ambisi untuk memanjakan diri
sungguh aku merugi tanpamu, tanpa belaian
kasih sejatimu. Sungguh aku linglung tanpamu
tanpa kiblat atas sujudku. Sungguh aku sakit
tanpamu, tanpa rakit menuju hulumu.
sungguh aku meradang dalam rindu
meradang memburumu
ke manakah engkau mengungsi, Puan Sunyi
jika tak lagi tinggal di sini. Hampa hidupku
tanpamu. Resah dadaku tanpa cintamu
malang nasibku ditinggal engkau
maka kembalilah, kembali
rujuk dengan hatiku
Pamulang, 2021
ADA BINTANG JATUH
KE DALAM HATIKU
engkau pasti merinduku kembali
bersama aroma perfum
yang tertinggal di pipi kiri
ya, kutahu, hatiku terkulai
di jenjang lehermu
ada bintang jatuh malam itu
kau pungut dalam hatiku
dan, ketika cahaya padam
kunang matamu pun jadi nyala rindu
yang tak padam hingga tubuh membatu
mungkin cinta bisa dipetik dari rinai hujan
atau taburan kata para perangkai makna
yang mengubur silsilah pada gelap udara
oi, ada satu porsi yang tersisa
ah, simpan saja, untuk khianat berikutnya
(ataukah kita masih ingin saling setia
merapikan cinta atas nama luka?)
kutahu, kau merinduku kembali
sebab kerdip matamu
terbawa sampai di sini
Bandung, 2017
RAHASIA CINTA
rahasia cinta ada pada bunga
yang tak pernah ingkar untuk memekarkan
dirinya demi kupu-kupu yang membutuhkan
madu untuk menitikkan serbuk sari
pada benih hingga tumbuh
buah ranum bagi kehidupan
rahasia cinta ada pada kesetiaan pantai
yang selalu sabar menunggu kecupan ombak
dan atas kesabaran pantai ombak selalu
bergairah memberikan kecupan pada
bibir sang pantai, hingga tak ada detik
yang terlewat dari kasih sayangnya
rahasia cinta ada pada gairah
dan kesetiaan yang mempertemukan
dua hati yang saling merindu
untuk bersua dan menyatukan nafas
dalam kehidupan yang penuh makna
rahasia cinta ada pada semua
yang bersedia saling menyayangi
tanpa berhitung bakal mendapat apa
setelah memberi. Rahasia cinta
ada pada hati yang terbuka
untuk menerima semua bagai samodra
yang ikhlas menerima tiap gelisah muara
menghidupi berjuta nelayan
dan memeram resah berjuta nakhoda
yang selalu merindu dermaga
rahasia cinta ada pada hati
yang selalu bersedia berbagi
dari luka hingga nikmat paling sejati
rahasia cinta ada di dalam dada
yang tulus menjadi telaga maaf
dengan muara pengertian
bagi yang satu dengan lainnya
Jakarta, 2017
BIOGRAFI SINGKAT:
AHMADUN YOSI HERFANDA adalah alumnus FPBS Univ. Negeri Yogyakarta (UNY – d.h. IKIP Yogyakarta). Pernah kuliah di Univ. Paramadina Mulya dan menyelesaikan Magister Komunikasi di Univ. Muhammadiyah Jakarta. Ia lahir di Kaliwungu, 17 Januari 1958. Penyair ini adalah salah seorang penggagas forum Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) – forum penyair yang diadakan secara bergilir di negara-negara Asia Tenggara, dan salah seorang deklarator Hari Puisi Indonesia (HPI) yang dirayakan secara nasional tiap tanggal 26 Juli.
Ia adalah penulis puisi yang produktif, namun banyak juga menulis cerpen, esai, dan kritik sastra. Puisi dan cerpennya dipublikasikan di media sastra dalam dan luar negeri, antara lain Horison, Basis, Pusara, Suara Muhammadiyah, Ulumul Qur’an, Kompas, Media Indonesia, Jawa Pos, Republika, Koran Tempo, Suara Pembaruan, dan Bahana (Brunei). Puisi-puisinya dimuat dalam antaologi puisi Secreets Need Words (Harry Aveling, ed, Ohio University, USA, 2001), Waves of Wonder (Heather Leah Huddleston, ed, The International Library of Poetry, Maryland, USA, 2002), jurnal Indonesia and The Malay World (London, Ingris, November 1998), The Poets’ Chant (The Literary Section, Committee of The Istiqlal Festival II, Jakarta, 1995), Poetry and Sincerity (International Poetry Festival, DKJ, 2006), dan Dari Fansuri ke Handayani (Horison, 2001).
Ahmadun mulai menulis puisi dan cerpen sejak 1975, dan pertama kali dibukukan pada 1980 (Ladang Hijau, puisi). Cerpen dan puisi berjalan beriringan dan banyak mencatatkan prestasi di berbagai lomba penulisan. Kemudian menyusul menulis artikel dan esai, dan banyak pula membubuhkan prestasi. Antara lain, juara pertama esai diplomasi budaya yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan mendapat hadiah mesin ketik dari Menlu Mochtar Kusumaatmadja. Sejak menjadi redaktur sastra (1986-2009) ia telah menulis ratusan esai sastra pada kolom rubrik sastra yang dikelolanya. Sejak 2010, mantan redaktur sastra Harian Republika ini mengajar creative writing pada Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Serpong. Ia sering menjadi pembicara dan pembaca puisi dalam berbagai forum sastra nasional dan internasional di dalam dan luar negeri. Antara lain, di Korea Selatan, Mesir, Turki, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, dan Singapura.
Ahmadun pernah menjadi ketua tetap Jakarta International Literary Festival (JILFest), anggota pengarah Pertemuan Penyair Nusantara (PPN), anggota dewan penasihat Nusantara Studies Centre Pattani University Thailand, ketua Lembaga Literasi Indonesia (Indonesia Literacy Institute), dan pemimpin redaksi portal sastra Litera (www.litera.co.id ). Ia juga pernah menjadi ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ, 2009-2012), ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI, 2007-2012), ketua III Himpunan Sarjana Kesastraan Indonesia (HISKI, 1993-1996), ketua Komunitas Cerpen Indonesia (KCI, 2007-2012), dan anggota tim ahli Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) Kemendikbud RI (2014-2015) bidang sastra.
Buku kumpulan sajaknya yang telah terbit, antara lain Ladang Hijau (Eska Print, 1980), Sang Matahari (Nusa Indah, Ende Flores, 1980), Sajak Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1991), Sembahyang Rumputan (Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 1996), Fragmen-fragmen Kekalahan (Penerbit Angkasa, Bandung, 1996), Ciuman Pertama untuk Tuhan (puisi dwi-bahasa, Logung Pustaka, 2004 — meraih Penghargaan Sastra Pusat Bahasa, 2008), Dari Negeri Daun Gugur (Pustaka Littera, 2015), Ketika Rumputan Bertemu Tuhan (Pustaka Littera, 2016) – buku ini terpilih sebagai buku unggulan (5 besar) dalam Anugerah Hari Puisi Indonesia 2016, Kasidah Seribu Purnama (Hyang Pustaka, Cirebon, 2022) – terpilih sebagai buku unggulan Anugerah Hari Puisi Indonesia 2023, Surat Cinta untuk Puan Sunyi (manuuskrib kumpulan puisi, 2023), dan Doa Tulang Rusuk (manuskrip kumpulan puisi, 2024).
Sedangkan buku kumpulan cerpennya yang telah terbit, antara lain Sebelum Tertawa Dilarang (Balai Pustaka, Jakarta, 1997), Sebutir Kepala dan Seekor Kucing (Bening Publishing, 2004), Badai Laut Biru (Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2004), Pertobatan Aryati (Penerbit Rebublika, Jakarta, 2024), dan manuskrip Berhala-Berhala yang Membunuh Subuh (2024). Dan, buku Kumpulan esai terbarunya, Komunitas sebagai Basis Ideologi Kesastraan (Teras Budaya, 2024) – memenangkan salah satu penghargaan sastra Badan Bahasa 2024, Dari Tema ke Kekuatan Cerita (Teras Budaya, 2024), dan Ketika Makna Menjerat Puitika (manuskrip buku kumpulan esai, 2024).
Penghargaan sastra yang pernah diraihnya, antara lain Penghargaan Kincir Emas Radio Nederland 1989, Suara Merdeka Awards 1992, penghargaan Puisi Islam Terbaik MABIMS dari Brunei Darussalam 1997, Penghargaan Sastra Pusat Bahasa Kemendikbud RI 2008, Penghargaan Penyair Nusantara dari Universitas Pattani Thailand 2015, Penghargaan Sastra dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan 2015, Penghargaan Buku Puisi Terbaik Yayasan Hari Puisi 2016, Penghargaan Buku Puisi Terbaik Yayasan Hari Puisi 2023, tahun 2024 mendapatkan Penghargaan Sastra 40 Tahun Berkarya dari Badan Bahasa Kemendikbudristek RI, dan Penghargaan Utama Sayembara Manuskrip Puisi K. Bali 2024 IPS Sabah di Kinabalu Malaysia. @