ESAI 

MENDAYUNG SASTRA KE ERA INDUSTRI 4.0

Oleh Ahmadun Yosi Herfanda ____________________________________________________________________   Tidak ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri. Adagium yang popular dan sempat menginspirasi lagu pop “Tak Ada yang Abdi”  Peterpan itu cukup pas untuk menggambarkan fenomena kehidupan manusia, masyarakat, termasuk kehidupan sastra, dewasa ini. Dan, perbuhan itu terasa begitu cepat, seakan kehidupan manusia, kehidupan masyarakat, kehidupan sastra, dihadapkan pada “abad yang berlari” – pinjam judul kumpulan puisi Afrizal Malna.

Read More
PUISI 

TERPELESET PENDAKIAN YANG GAGAL

Puisi: En. Aang MZ ____________________________________________________________________ PENDAKIAN YANG GAGAL pendakian ke hilir dadamu banyak lika-liku berbatu datar-naik-turun & tak ada danau sama sekali pada hatiku yang kemarau karena pendakian ini ialah berawal keinginan maka tak ada kemarau panjang yang dipercepat oleh keadaan di tengah perjalanan ada kota-kota yang adem akan kesinggahanku tapi tak lama kemudian badai tiba & hujan turun dengan amarahnya kelupaanku pada arah hingga terdampar pada hulu yang kumuh dibawa arus sungai karena hujan yang jahat

Read More
CERPEN 

LELAKI YANG KEHILANGAN CAHAYA

Cerpen: Ilham Nuryadi Akbar ____________________________________________________________________   Tangannya terus meraba-raba, mencari dinding dengan langkah yang beringsut, bahkan tak sedikit pun cahaya sampai pada lensa matanya, seisi rumahnya menggelebat warna hitam seperti pantat wajan sehabis dipakai acara pesta pora pernikahan. Seluruh anatomi tubuhnya tak mendapati pegangan, terkecuali kakinya yang beralaskan ubin dingin, ia pun mengubah haluan dari berdiri menjadi merangkak, yang ia perlukan saat ini hanyalah meraih gagang pintu untuk dapat keluar rumah.

Read More
PUISI 

KAU TAK LAGI PUNYA KATA?

Puisi-puisi: Isbedy Stiawan ZS ____________________________________________________________________ IBU, AKU KEHILANGAN BAHASAMU aku kehilangan bahasamu, ibu, saat kaki kananku mencium tanah kertapati ini. aku tak sempat mengucap salam, gerbang sriwijaya tak mampu kubuka kepada segala yang sakti para pendekar di gelanggang buka aku jalan, “aku datang.” kuucapkan salam hormat lalu daundaun di sini luruh arus musi hilang gemuruh hanya nyanyian riang menyambutku yang rindu

Read More
PUISI 

URTIKARIA SUARAMU BEGITU ABSURD

Puisi-puisi: Faustina Hanna ____________________________________________________________________ URTIKARIA (Jika begini tidak boleh bertambah dingin, di sebuah kamar) /1/ tanpa sekat aku tidak berpura-pura melarikan langsung lengkung mata milik boneka kayu, dari kulit berbeda yang hendak tumbuh, kambuh −seperempat jam, sebelum malam. seperti baru saja siap disinggung punggung para penumpul waktu. seperti tiada kehendak untuk menjauh.

Read More
CERPEN 

Pak Guru dan Ingatan yang Diburu

Cerpen: Said Kusuma ____________________________________________________________________ Aku sedang menyiapkan modul pelajaran saat kulihat para murid berkerumun mengelilingi seseorang di depan gerbang sekolah. Aku mengenali orang yang dikerumuni itu sebagai ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) bernama Bang Yatno. Apakah murid-muridku sedang mengganggunya lagi? “Hey, stop! Jangan ganggu Bang Yatno!” Kuhampiri mereka. Para murid menurut. Mereka melepaskan pegangannya dari tangan Bang Yatno. Beberapa masih tertawa cekikikan. Lalu seorang murid bernama Edo menjelaskan, “Ini kan hari Jumat, Pak. Jadwal pelaksanaan senam. Bang Yatno mau kita ajak senam bareng supaya sehat.”

Read More
PUISI 

KEPADA KARTI PADA AKHIRNYA

Puisi-puisi: Humam S. Chudori ____________________________________________________________________   AKU BUKAN LAGI BURUNG HANTU (bagi perempuan terluka) setiap malam aku menginginkan kehadiranmu, padahal tak mungkin terjadi. sudah puluhan tahun kita tak bertemu, berpisah tanpa alasan yang jelas. aku pernah berharap ada keindahan setiap malam, seperti dulu. malam penuh warna. ketika burung hantu mencumbu kupu-kupu. baru terasa kini aku hidup dalam kebohongan. mencintaimu karena berjudi. bertaruh untuk sepasang sepatu.

Read More
CERPEN 

JALAN PULANG KE OSAKA

Cerpen: Vito Prasetyo ____________________________________________________________________ Rumah di depan rumahku itu kini telah berpenghuni. Rumah yang telah direnovasi total, sehingga tampak berbeda dengan rumah-rumah di sebelahnya. Ada taman mungil berbentuk asimetris dengan sebuah kolam yang dikelilingi batu-batu. Tanaman-tanaman bonsai yang dipotong rapi, serta jembatan mungil yang menghubungkan kolam dengan teras. Pintu utama menggunakan model pintu geser. Di langit-langit teras, tergantung sebuah lampu dengan kap berbentuk lampion yang bertuliskan huruf kanji. Benar-benar Japanese style house.

Read More
CERPEN 

Setelah Kematian Kiai Hambali

Cerpen: Alim Witjaksono ____________________________________________________________________ Berita tentang kematian Kiai Hambali oleh sekelompok orang bertopeng yang menyatroni kediamannya telah menimbulkan tanda-tanya besar di berbagai kalangan masyarakat Banten. Hampir semua koran dan teve lokal menampilkannya sebagai berita utama. Bisa jadi karena tokoh agama itu tergolong keturunan Sultan Hasanudin, sebagai pendatang dari tanah Cirebon yang menduduki wilayah utara Pasundan sejak berabad-abad silam.

Read More