ESAI 

MENYOAL WAJAH BARU SASTRA KITA

Esai Chudori Sukra   ________________________________________________________________   Demi mempertahankan kepentingan ekonomi dan politiknya, kebanyakan sastrawan di era milenial ini merasa keberatan memasuki wilayah sastra yang mengajak pada keteraturan dan keharmonisan. Dengan tetap menyandarkan diri pada kejayaan liberalisme yang menjanjikan “kebebasan berekspresi”, mereka akan berdalih untuk tetap pada paradigma berpikir yang cerderung chaos dan absurd melulu.

Read More
ESAI 

REFLEKSI 25 TAHUN PERTEMUAN PENYAIR NUSANTARA

  Oleh Ahmadun Yosi Herfanda, pemred Litera ______________________________________________________   PPN bermula sekitar 25 tahun yang lalu di kota Medan. Sekitar 50 penyair dari lima negara di kawasan Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand) berkumpul di sebuah hotel, diprakarsai oleh Laboratorium Sastra Medan. Melalui puisi kita saling mengenali, saling memahami, saling mengapresiasi, dan tiba-tiba pertemuan terasa menjadi penting, dan harus dilanjutkan ke tahun berikutnya.

Read More
ESAI 

Buku Sastra Bukan Sekadar Kliping Karya

Pada suatu kesempatan, saya bertemu dua kawan penyair di salah satu pojok di Pamulang, Tangerang Selatan. Salah seorang di antaranya bertanya: Apakah ada buku Abang yang terbit tahun ini? Saya terdiam sejenak, lalu berkata: “Saya belum bisa menjawab untuk apa saya menerbitkan buku baru?” Itu bukan jawaban bercanda, tapi sangat serius. Alasannya, pertama, lazimnya yang banyak dilakukan penyair dan penulis cerpen di Indonesia adalah menerbitkan atau membukukan membukukan karya-karya yang pernah dimuat di media. Jadi, sesungguhnya yang dia lakukan bukan menerbitkan buku, tapi membuat kliping karya dalam bentuk buku.

Read More
ESAI 

ROBOT BISA BIKIN PUISI, PENYAIR TERSINGKIR?

BEBERAPA watu lalu, seorang kawan memamerkan puisi-puisi buatan AI (Artificial Intelligence) alias kecerdasan buatan. Saya sudah tahu hal ini beberapa tahun lalu, tepatnya pada 2019, dalam sebuah seminar, tapi belum sempat mencobanya. Nah, baru sekarang benar-benar mencobanya.

Read More
ESAI 

MENDAYUNG SASTRA KE ERA INDUSTRI 4.0

Oleh Ahmadun Yosi Herfanda ____________________________________________________________________   Tidak ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri. Adagium yang popular dan sempat menginspirasi lagu pop “Tak Ada yang Abdi”  Peterpan itu cukup pas untuk menggambarkan fenomena kehidupan manusia, masyarakat, termasuk kehidupan sastra, dewasa ini. Dan, perbuhan itu terasa begitu cepat, seakan kehidupan manusia, kehidupan masyarakat, kehidupan sastra, dihadapkan pada “abad yang berlari” – pinjam judul kumpulan puisi Afrizal Malna.

Read More
ESAI 

REAKTUALISASI FITRAH RELIGIUS SASTRA

Esai Ahmadun Yosi Herfanda, pelayan sastra                                                  ——————————————————————————————   Sampai hari ini belum ada definisi yang paling pas tentang religiusitas selain semangat untuk setia pada hati nurani, serta sifat-sifat dan kehendak Yang Maha Agung. Dan, demikianlah sastra religius, adalah sastra yang memancarkan semangat religiusitas tersebut.

Read More
ESAI 

KETIKA KSI MERANGKUL YANG TERPINGGIRKAN

Masyarakat sastra pernah nyaris terbelah oleh wacana pusat dan pinggiran. Para penjaga gawang sastra yang menempati pusat-pusat pentasbihan, seperti Taman Ismail Marzuki (TIM) dan Horison, dianggap kurang memberi tempat pada “sastrawan pinggiran”. Dalam dasawarsa 1970-an dan 1980-an, dua lembaga itu dicurigai sengaja meminggirkan sastrawan daerah, dan bahkan sastrawan Jabotabek, yang belum punya nama.

Read More
ESAI 

NOSTALGIA KOMUNITAS SASTRA INDONESIA

KSI atau Komunitas Sastra Indonesia adalah lembaga nirlaba yang didirikan untuk memberdayakan masyarakat sastra dan meningkatkan sumber daya di bidang sastra. KSI lahir ketika sastra koran sedang berjaya serta isyu pusat dan daerah, tengah dan pinggiran, sedang memanas. Sejumlah sastrawan yang merasa dipinggirkan, atau merasa mewakili sastrawan pinggiran, berhimpun untuk melakukan pemberdayaan agar pusat-pusat sastra, seperti Taman Ismail Marzuki (TIM) dan media sastra koran-koran nasional, bisa direbut dan dibuka – menerima karya-karya sastra mereka untuk ikut berbicara.

Read More
ESAI 

Cerpen Indonesia, dari Cetak ke Digital

Esai Ahmadun Yosi Herfanda _______________________________________________________________   Sejauh ini masih dipahami bahwa cerpen adalah fiksi atau cerita rekaan yang mengungkapkan satu masalah tunggal dengan satu ide tunggal yang disebut “ide pusat”. Lazimnya, cerpen memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi tertentu pada satu saat, sehingga memberikan kesan tunggal terhadap konflik yang mendasari cerita tersebut.

Read More