PUISI 

Mengambil Luka di Langit

Puisi-puisi: Nandy Pratama ____________________________________________________________________   Mengambil Luka di Langit Hujan tiba di pelukan malam sedang langit tak benar-benar tahu caranya untuk pulang Pada tangisan anak kecil darah telah berubah menjadi dewasa Melukai hati sendiri ; diantara senyuman, pelukan dan ciuman Kau adalah hujan pukul 6 sore yang selalu berkata “ aku tidak apa-apa “

Read More
PUISI 

Rel Kereta Stasiun Besar

Puisi-puisi: Setiyo Bardono ____________________________________________________________________ TANGGA STASIUN KERETA Menapaki anak-anak tangga stasiun kereta, aku belajar menghitung kalori yang terbakar sebanyak angka-angka tertera. “Naik tangga membuat jantung sehat,” katamu memberi semangat. Semoga itu bukan sekedar rayuan pemikat, agar aku melupakan eskalator yang sering tak sehat atau lift yang terkadang sekarat.

Read More
PUISI 

Dari Bentangan Matamu

Puisi: Ahmad Rizki ____________________________________________________________________   Dari Bentangan Matamu Dari bentangan matamu aku mengenal jalan-jalan yang panjang dan menyengsarakan –aku kenal iri dan dengki, dan cinta-kasih terbelenggu sendiri. Dari hari-hari itu, sepasang burung berhamburan mencari perlindungan –mencari pakaian hangat di musim dingin yang menakutkan.

Read More
PUISI 

RUANG KERJA AYAH DI DEPAN KUBURAN

Puisi: Tjahjono Widarmanto ____________________________________________________________________   SEPATU KERJA ia selalu membuatku mabuk serupa pelaut muda diplonco di kapal oleng memaksaku selalu tergesa dan lupa pulang, lupa pada petang senyum sekaligus kemarahan istriku selalu kau sembunyikan dalam lubang apekmu tungkai kakiku selalu goyah diburu kalender dan panik yang mengambang kau membuatku selalu lupa terpejam tak memberiku giliran berlama-lama di kamar mandi menggelembungkan sabun, sambil bersiul lagu-lagu nostalgia. selalu membuat sisa-sisa sabun mengembun di belakang telinga handuk dan celana dalam pun selalu lupa tertinggal

Read More
PUISI 

AKU TAK TAHU ESOK BELUM TIBA

Puisi: Irwan Sofwan ____________________________________________________________________   Ketika Tak Sanggup Lagi Mengingatmu Ketika tak sanggup lagi mengingatmu Meski tangan terbuka Tak mampu menyentuh doa Di keheningan udara Jagalah diriku Dalam getar yang tak biasa Ketika tak sanggup lagi mengingatmu Apakah yang dapat dicecap rasa Selain kesunyian    

Read More
PUISI 

TERPELESET PENDAKIAN YANG GAGAL

Puisi: En. Aang MZ ____________________________________________________________________ PENDAKIAN YANG GAGAL pendakian ke hilir dadamu banyak lika-liku berbatu datar-naik-turun & tak ada danau sama sekali pada hatiku yang kemarau karena pendakian ini ialah berawal keinginan maka tak ada kemarau panjang yang dipercepat oleh keadaan di tengah perjalanan ada kota-kota yang adem akan kesinggahanku tapi tak lama kemudian badai tiba & hujan turun dengan amarahnya kelupaanku pada arah hingga terdampar pada hulu yang kumuh dibawa arus sungai karena hujan yang jahat

Read More
PUISI 

KAU TAK LAGI PUNYA KATA?

Puisi-puisi: Isbedy Stiawan ZS ____________________________________________________________________ IBU, AKU KEHILANGAN BAHASAMU aku kehilangan bahasamu, ibu, saat kaki kananku mencium tanah kertapati ini. aku tak sempat mengucap salam, gerbang sriwijaya tak mampu kubuka kepada segala yang sakti para pendekar di gelanggang buka aku jalan, “aku datang.” kuucapkan salam hormat lalu daundaun di sini luruh arus musi hilang gemuruh hanya nyanyian riang menyambutku yang rindu

Read More
PUISI 

URTIKARIA SUARAMU BEGITU ABSURD

Puisi-puisi: Faustina Hanna ____________________________________________________________________ URTIKARIA (Jika begini tidak boleh bertambah dingin, di sebuah kamar) /1/ tanpa sekat aku tidak berpura-pura melarikan langsung lengkung mata milik boneka kayu, dari kulit berbeda yang hendak tumbuh, kambuh −seperempat jam, sebelum malam. seperti baru saja siap disinggung punggung para penumpul waktu. seperti tiada kehendak untuk menjauh.

Read More
PUISI 

KEPADA KARTI PADA AKHIRNYA

Puisi-puisi: Humam S. Chudori ____________________________________________________________________   AKU BUKAN LAGI BURUNG HANTU (bagi perempuan terluka) setiap malam aku menginginkan kehadiranmu, padahal tak mungkin terjadi. sudah puluhan tahun kita tak bertemu, berpisah tanpa alasan yang jelas. aku pernah berharap ada keindahan setiap malam, seperti dulu. malam penuh warna. ketika burung hantu mencumbu kupu-kupu. baru terasa kini aku hidup dalam kebohongan. mencintaimu karena berjudi. bertaruh untuk sepasang sepatu.

Read More