PUISI 

TERPELESET PENDAKIAN YANG GAGAL

Puisi: En. Aang MZ ____________________________________________________________________ PENDAKIAN YANG GAGAL pendakian ke hilir dadamu banyak lika-liku berbatu datar-naik-turun & tak ada danau sama sekali pada hatiku yang kemarau karena pendakian ini ialah berawal keinginan maka tak ada kemarau panjang yang dipercepat oleh keadaan di tengah perjalanan ada kota-kota yang adem akan kesinggahanku tapi tak lama kemudian badai tiba & hujan turun dengan amarahnya kelupaanku pada arah hingga terdampar pada hulu yang kumuh dibawa arus sungai karena hujan yang jahat

Read More
PUISI 

KAU TAK LAGI PUNYA KATA?

Puisi-puisi: Isbedy Stiawan ZS ____________________________________________________________________ IBU, AKU KEHILANGAN BAHASAMU aku kehilangan bahasamu, ibu, saat kaki kananku mencium tanah kertapati ini. aku tak sempat mengucap salam, gerbang sriwijaya tak mampu kubuka kepada segala yang sakti para pendekar di gelanggang buka aku jalan, “aku datang.” kuucapkan salam hormat lalu daundaun di sini luruh arus musi hilang gemuruh hanya nyanyian riang menyambutku yang rindu

Read More
PUISI 

URTIKARIA SUARAMU BEGITU ABSURD

Puisi-puisi: Faustina Hanna ____________________________________________________________________ URTIKARIA (Jika begini tidak boleh bertambah dingin, di sebuah kamar) /1/ tanpa sekat aku tidak berpura-pura melarikan langsung lengkung mata milik boneka kayu, dari kulit berbeda yang hendak tumbuh, kambuh −seperempat jam, sebelum malam. seperti baru saja siap disinggung punggung para penumpul waktu. seperti tiada kehendak untuk menjauh.

Read More
PUISI 

KEPADA KARTI PADA AKHIRNYA

Puisi-puisi: Humam S. Chudori ____________________________________________________________________   AKU BUKAN LAGI BURUNG HANTU (bagi perempuan terluka) setiap malam aku menginginkan kehadiranmu, padahal tak mungkin terjadi. sudah puluhan tahun kita tak bertemu, berpisah tanpa alasan yang jelas. aku pernah berharap ada keindahan setiap malam, seperti dulu. malam penuh warna. ketika burung hantu mencumbu kupu-kupu. baru terasa kini aku hidup dalam kebohongan. mencintaimu karena berjudi. bertaruh untuk sepasang sepatu.

Read More
PUISI 

JEMBATAN DI PENGUNGSIAN

Puisi-puisi: Faris Al Faisal ____________________________________________________________________   DI DEPAN GERAI TELEPON GENGGAM Seorang anak kecil, di depan gerai telepon genggam memandang ke etalase —pameran gawai memanggil bayangan belajar online, sesaat sesudah wabah ia berjalan, menghela getir embusan angin berdoa dalam ingin Tuhan, aku ingin telepon genggam Tuhan tersenyum,

Read More
PUISI 

PRASASTI KOPI RUMAH KITA

Puisi-puisi: Vito Prasetyo ____________________________________________________________________   Puisiku Berdoa Hingga Lupa Memberi Judul hingga dadaku terluka, ketika cinta itu kautanam di pohon kemarau berapa musim lagi hujan membasuhnya dan tumbuhkan daun-daun berkilau cinta hanya cawan waktu, memisahkan rindu dan gelisah. mata kita hanyalah tempat menyimpan segala isyarat bukankah bait-bait majas merapal doa, menghitung kemarau dan hujan di baris-baris shaf, yang menyulam alif-ba’-ta’ tak selamanya hujan itu butiran air bening yang mengalir di pelupuk mata tak selamanya kemarau itu, dahaga yang menggumpal di kedangkalan sujud puisi bukanlah tempat keabadian, dimana diksi selalu mengingkari…

Read More
POEM PUISI 

JAKARTA MEMANGGILKU ANGIN MUSIM GUGUR

Puisi-puisi: Iman Sembada ___________________________________________________________________   JAKARTA MEMANGGILKU BERKALI–KALI Pagi ini, Jakarta memanggilku berkali-kali Apakah aku bisa bertemu lagi dengan mantan pacarku? Aku baru saja turun dari sebuah bus antarkota antarprovinsi. Jakarta sedang sibuk Mimpiku tersangkut di ranting-ranting angin Menjelma layang-layang dalam imajinasi anak-anak. Siapakah yang mengganti nama

Read More
POEM PUISI 

API UNGGUN MENUJU MUSIM-MUSIM

Puisi-puisi: Riska Widiana ___________________________________________________________________   API UNGGUN Sebagai penanda hidup Bagi seorang tersesat dalam rimba Dengan kematian di setiap sudut Nyala api dari kayu-kayu Adalah detak jantung seseorang Sedang bertahan dari napas ke napas Berlari di bawah matahari Memburu jam berderit di dadanya Semakin lama akan jadi jurang Memisahkan hidupnya Riau, 2022   MENUJU MUSIM–MUSIM Kau tabahkan segenap hatimu Sementara seumpama bulan Menyimpan tubuhnya dalam awan Setelah retak bagai kaca

Read More