PUISI 

Doa sang Pencari Kayu Bakar

Puisi: Ngadi Nugroho ___________________________________________________________________   DOA SANG PENCARI KAYU BAKAR Dia selalu berdoa. Untuk hutan yang selalu ada. Walau dimusnahkan sekalipun. Walau dimusnahkan sekalipun. Dari pandangan mata. Dan dia tetap berdoa. Agar kayu-kayu kecil tak hilang sirna. Itulah pengharapannya demi memenuhi periuk nasi keluarga.

Read More

Blantik Sapi yang Hidup Abadi

Puisi-puisi: Fatah Anshori ___________________________________________________________________   blantik sapi yang hidup abadi kau meraba tumor suatu mata mencicip aqueus humor, lebih dari dua belas berkas warna mengalir, tapi hanya hitam dan putih saja, yang semilir yang singgah serupa wabah rebah di lembah merusak rumah-rumah, menyulut tangis, dan jerit seseorang di ladang tak bertuan bersila tanpa kepala,

Read More
PUISI 

Elegi di Warung Kopi

Puisi-puisi: Ardhi Ridwansyah _________________________________________________________________   ELEGI DI WARUNG KOPI Di warung kopi, Kita menepi, Kau bercerita, Kalau hari ini, Telah mencincang cinta. Sedang aku sibuk, Menerka keindahan, Yang meringkuk di sepasang mata, Seorang wanita. Kataku, “Aku ingin melukis sajak di matanya.” Katamu, “Semua kata-katanya tak lebih dari bangkai kucing, Yang terkapar di jalan, terlindas Motor tua,”

Read More

Amsal Kala Hujan

Puisi-puisi: Isbedy Stiawan ZS ___________________________________________________________________     AMSAL kuburan melompong! tanah hanya menyisakan wangi tubuh suci, sesudah naik (diangkat?) lalu awan berarak; membungkus diri dekat bukit. di luar kota berjarak 2.ooo langkah di tanah berbatu. tak ada orang mati, liang kosong

Read More

Hujan Selepas Asar

Puisi-puisi: Iwan Setiawan ___________________________________________________________________   HARI KETUJUH Puisi untuk M. Magdalena. Kita pernah bersama di hari itu di kebun dekat pinggir kali kecil pada pagi berpagar pelangi senyummu kusimpan dalam ingatan matamu menggetarkan hatiku pelukmu hilangkan kesangsian dalam pikirku tapi, tahukah engkau? di  hari selanjutnya aku terus menahan jutaan rindu yang berkepi-keping melanda kalbu madukoro baru, 2021

Read More

Pulanglah ke Rumah Kayu

Puisi: Nuriman N. Bayan ___________________________________________________________________   PULANGLAH KE RUMAH KAYU Pulanglah ke rumah kayu ada yang menunggu di antara deretan fofau, hate besi, dan kenari asap masa kecil yang harum sampai kini masih mengepul kopi yang ingin kamu teguk ampasnya tak akan mengapung pisang yang ingin kamu goreng tak akan bengkak di dalam belanga

Read More
PUISI 

Di Depan Mulut Tungku

Puisi-puisi: Samsudin Adlawi ___________________________________________________________________   DI DEPAN MULUT TUNGKU Potongan-potongan ranting kayu setengah kering antre di depan mulut tungku sebuah rumah. Beberapa ekor ayam pucat kesi terkulai dalam perut panci usang tanpa darah tanpa bulu. Api memercik dari kepala batang korek melumat ranting kayu. Merah baranya marah menyengat pantat panci usang.

Read More

Perahu Telah Jauh Berlayar

Puisi-puisi: Eddy Pranata PNP ___________________________________________________________________ PERAHU TELAH JAUH BERLAYAR — adri sandra — dan cuaca bertarung dengan tebing karang, perahu meluncur dilambung-lambung gelombang : “serabut usia bersimbiosis dengan gemerlap rembulan!” sorot mata berkaca-kaca, edelweis remuk dalam genggaman perahu telah jauh berlayar bertahun menerabas sunyi laut, kabut, angin asin deras berkesiur, dan cahaya cinta yang hilang : “masa silam kita simpan dan kita nyalakan di bilik sejarah rahasia!”

Read More

Puisi Luka di Atas Kereta

Puisi-puisi: Dedi Tarhedi _____________________________________________________________________ PUISI LUKA DI ATAS KERETA Puisi luka menjerit pada gerit rel kereta api Tasikmalaya-Surabaya Helai- helai kenangan rontok seperti rambutmu setelah kemoterapi di sana. Dari Madiun sampai Gubeng, kulihat pohon, sawah dan sungai mengalir ketenangan. Tapi tak membuat kegembiraan di wajahmu yang kesakitan.

Read More